SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bicara hari raya Idul Adha memang tak lepas dari namanya hewan kurban. Nah di Kabupaten Sragen, ada satu desa yang tiap momen Idul Adha selalu menjadi perbincangan karena banyaknya warga yang berkurban.
Desa itu adalah Desa Pengkok di Kecamatan Kedawung. Jika ada peringkat, hampir tiap tahun desa ini boleh jadi selalu menempati urutan teratas jumlah hewan yang dikurbankan warga di setiap Idul Adha.
Seperti tahun ini, total hewan kurban dari warga di desa ini ada 166 ekor sapi dan 91 kambing. Menariknya, meski ekonomi secara umum tengah goyah diterpa pandemi, antusias warga desa ini untuk berkurban justru meningkat dibanding tahun lalu.
Kades Pengkok, Sugimin Cokro menuturkan tahun ini ada kenaikan jumlah hewan kurban di desanya.
Terutama jumlah sapi yang tahun ini naik 14 ekor dibanding tahun lalu yang mencapai 152 ekor sapi.
Hewan kurban sebanyak itu mayoritas datang dari dari iuran warga atau jemaah. Sesuai tuntunan, satu ekor sapi dibeli dari iuran tujuh orang warga.
“Alhamdulillah meski pandemi, jumlah kurban di desa kami malah naik 14 ekor sapi. Rata-rata memang kelompok, satu kelompok tujuh orang satu ekor sapi,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (20/7/2021).
Sugimin menuturkan tingginya animo warganya untuk berkurban itu kemungkinan lebih dipengaruhi karena keimanan dan ketaqwaan.
Kentalnya nuansa religi dan banyaknya jemaah menjadikan ibadah berkurban ibarat tradisi yang tak bisa ditinggalkan di setiap Idul Adha.
“Bahkan Pengkok ini banyak yang menjuluki serambi Mekahnya Sragen,” urainya.
Kondisi masyarakatnya yang mayoritas pekerja keras dan perantau, membuat putaran roda ekonomi warga nyaris tak pernah sepi.
Hal itu akhirnya turut mendorong niat warga untuk terus berkurban setiap tahunnya.
“Warga kami itu semua pekerja keras. Tua muda semua kerja, istilahnya nggak ada wong nganggur, sehingga nuwun sewu putaran ekonomi Alhamdulillah luar biasa. Apalagi ada kelompok perantauan alat-alat dapur itu juga mendongkrak ekonomi warga. Kalau yang kerja di luar negeri ada tapi nggak banyak,” terangnya.
Disumbangkan ke Wilayah Lain
Mengingat banyaknya jumlah kurban, sebagian memang dibantukan ke luar desa bahkan sampai di beberapa daerah di Soloraya.
Kades menyampaikan biasanya panitia kurban membantukan sebagian daging ke warga di sekitar Solo seperti Wonogiri, Karanganyar dan lainnya yang membutuhkan.
“Setahu saya biasanya dari desa di wilayah Soloraya yang mungkin kurbannya sedikit, mereka mengajukan proposal. Lewatnya ada yang kenal ustad Pengkok atau lewat jamaah. Ada pula warga Pengkok yang tinggal di desa lain dan kurbannya di sana kurang, biasanya menghubungi panitia,” terangnya.
Untuk tahun ini, 91 ekor kambing yang terkumpul hampir semuanya dibantukan ke luar desa. Sementara dari 166 sapi, ada 1000 bungkus daging yang dibantukan ke warga luar desa yang membutuhkan.
Kades menambahkan meski terbilang banyak, penyembelihan kurban di desanya tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Yakni penyembelihan tidak ditempatkan di satu lokasi akan tetapi disebar di 50 titik. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi kerumunan sesuai protap selama pandemi dan PPKM Darurat saat ini.
Patuh Anjuran Pemerintah
Ia juga memastikan selama ini, tingkat kepatuhan warganya terhadap anjuran prokes dari pemerintah relatif tinggi.
Tak heran, data dari dokter Puskesmas, angka Covid-19 di Desa Pengkok tercatat paling rendah dibanding 10 desa lainnya di Kecamatan Kedawung.
“Baik yang isolasi mandiri atau isoman di rumah, di Technopark maupun yang dirawat di rumah sakit sampai yang meninggal, Alhamdulillah desa Pengkok ini paling rendah. Kuncinya memang warga kami manut pada anjuran pemerintah. Mudah-mudahan lewat momentum kurban ini pandemi ini bisa segera berakhir,” pungkasnya. Wardoyo