JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Terapkan Filosofi Pager Mangkok Pemkab Wonogiri Bentuk Teamwork Sosial, Diketuai RT Berikan Dukungan Kepada Warga yang Menjalani Isolasi Mandiri atau Isoman

Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Jekek. Joglosemarnews.com / Aris Arianto
   

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Filosofi Jawa Pager Mangkok (pagar mangkok) yang lengkapnya berbunyi Pager Mangkok Luwih Kuat Tinimbang Pager Tembok, diaplikasikan Pemkab Wonogiri untuk pengendalian penyebaran virus Corona. Ini diwujudkan dengan menggelorakan gerakan Team Work Sosial.

Untuk diketahui pagar mangkok dianalogikan sebagai simbol pemberian kita kepada tetangga, berupa mengirim makanan ke tetangga dalam wadah mangkok, piring, dan sejenisnya. Melalui pemberian itulah, ikatan antar warga akan terbentuk sehingga tercipta lingkungan yang harmonis. Hubungan yang harmonis dengan tetangga sekitar muaranya bakal memberikan kenyamanan dan ketenangan hidup.

Berbeda dengan pagar tembok yang menjulang. Diumpamakan sebagai sikap saling egois tanpa memperhatikan kondisi antar tetangga.

Hubungannya dengan pandemi ketika banyak warga menjalani isolasi mandiri (isoman), tentu butuh banyak dukungan. Tidak hanya dukungan materiil, namun juga dukungan moril. Nah, dukungan itu salah satunya muncul dari lingkungan yang harmonis yang secara tidak sadar sebenarnya telah menerapkan filosofi pager mangkok. Ini merupakan energi positif besar.

Baca Juga :  Turnamen Bola Voli Putra Manyaran Cup XVI 2024, Diikuti 45 Klub Catat Tanggal Mainnya

Ketika dukungan semakin banyak mengalir, imun meningkat. Kesehatan bakal cepat pulih.

Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan Pemkab Wonogiri membentuk team work sosial atau tim work sosial. Tim ini betugas memantau secara langsung dan membantu pemulihan kesehatan warga yang sementara menjalani isoman.

“Latar belakangnya begini, jangan sampai warga yang isoman lantaran tambah terisolasi dan terasing, harus didukung oleh warga tetangga sekitarnya,” tegas Bupati, Rabu (21/7/2021).

Pembentukan tim work sosial tersebut meningkatkan kepedulian dan kepekaan masyarakat yang melibatkan sumber daya yang dimiliki masyarakat Wonogiri. Tim work sosial melibatkan tetanga terdekat para isoman dengan koordinator masing-masing ketua RT.

“Tugasnya sederhana nanti warga terdekat diberikan kewajiban memberikan makanan secara bergantian, dikoordinir ketua RT. Atau misalnya ada tetangga masak sayur apalah, maka dibagi ke yang lain terutama yang isoman. Ini energi positif. Untuk biaya pembelian bahan atau masakannya bisa diupayakan dari kas RT. Jadi, keluarga terdekat isoman tidak terbebani lagi dengan biaya pembelian bahan makanan,” beber dia.

Baca Juga :  Cara Beradaptasi dengan Pola Makan Pasca Puasa Ramadhan 2024

Lewat program ini, dia berharap akan tumbuh solidaritas dan kepedulian. Menurutnya, warga yang menjalani isoman kemudian mendapatkan perhatian tetangganya setiap hari akan mendapatkan dukungan moril yang berbeda.

“Prinsipnya menjadi tim yang membangun relasi sosial dan membangun empati. Selain itu akan bisa diketahui kondisi terkini dari warga yang menjalani isoman, jangan sampai terjadi ada warga yang isoman berakhir meninggal dunia,” sebut dia.

Pria yang akrab disapa Jekek ini menerangkan, program tim work sosial ini berbeda dengan program jogo tonggo dari Pemprov Jateng. Gerakan tim work sosial mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif terhadap warga isoman.

Gerakan ini bakal dimasifkan. Semua kepala desa akan diundang rapat secara virtual. Melalui rapat itu, seluruh kepala desa dan ketua RT mesti mendorong aktif membangun kepekaan dan kepedulian warga terhadap warga isoman. Aris

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com