Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Bantuan Sembako BPNT di Sragen Jadi Sorotan. Ukuran Kentangnya Tak Wajar, Harga Total Dicurigai Tak Sampai Rp 200.000

Penampakan sembako kentang yang diterima warga Desa Wonotolo, Gondang, Sragen dari program BPNT yang ukurannya sangat kecil dan dinilai tidak layak. Foto/Wardoyo

Penampakan sembako kentang yang diterima warga Desa Wonotolo, Gondang, Sragen dari program BPNT yang ukurannya sangat kecil dan dinilai tidak layak. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Penyaluran Bantuan pangan non tunai (BPNT) di Sragen menuai sorotan. Sejumlah penerima bantuan mengungkap indikasi kualitas dan nominal harga sembako yang diterima tidak sesuai ketentuan.

Temuan itu mencuat setelah beredar kabar dugaan penyimpangan penyaluran BPNT. Informasi yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , total nominal harga sembako yang diterima warga penerima dinilai di bawah jatah bantuan yakni Rp 200.000.

Selain itu, kualitas beberapa bahan sembako yang diterima juga ada yang di bawah standar.

Hasil penelusuran JOGLOSEMARNEWS.COM , dugaan ketidaksesuaian BPNT itu dibenarkan sejumlah warga penerima. Salah satunya di Desa Wonotolo, Kecamatan Gondang.

Salah satu penerima BPNT, Nur Hidayah (56) warga Dukuh Keten RT 12 menuturkan selama ini ia mengambil jatah BPNT setiap bulan di sebuah warung yang ditunjuk menjadi E-Warung di desanya.

Nominal bantuan Rp 200.000, diterimanya dalam bentuk paket sembako. Ada beras Rp 15 kg, telur dan bawang putih masing-masing setengah kg, kentang satu kg.

Untuk beras dan bawang, ia menyebut selama ini tidak ada masalah. Kualitasnya dinilai layak.

Namun untuk kentang kadang kualitasnya kurang sesuai. Kentang yang lazimnya ukuran sekepal tangan, hanya dikasih kentang dengan ukuran kecil-kecil.

“Bulan kemarin kentangnya memang kecil-kecil. Kalau untuk dimasak ya nggak masalah cuma kecil-kecil. Karena kecil kadang dipakai sayur kadang untuk perkedel. Kalau berasnya bagus, kita masak sendiri,” paparnya ditemui di rumahnya, Senin (9/8/2021).

Nur menyampaikan selama ini dirinya mengambil jatah BPNT ke E-Warung setelag ada pemberitahuan dari petugas.

Dengan bekal kartu ATM BPNT, di warung itu ia kemudian mengambil jatah paket sembako yang diklaim harganya setara Rp 200.000. Tidak boleh memilih, namun langsung disediakan paket jatah berupa beras, kentang, bawang dan telur.

“Kita nggak milih. Pokoknya sampai di warung langsung disuruh ambil jatahnya. Ada beras 15 kg, bawang, kentang dan telurnya setengah kg isi 8 butir. Kadang diganti kacang ijo,” tuturnya.

Total Harga Mencurigakan

Saat ditanya ketepatan ukuran, Nur mengaku belum pernah menimbang. Namun dari sisi harga, jika dibanding harga pasaran, ia menilai total harga sembako BPNT yang diterima dirasa memang di bawah Rp 200.000.

Dari taksiran kasarnya, total harga 4 jenis sembako itu belum sesuai Rp 200.000. Ia merinci misalnya berasnya 15 kg ditaksir seharga Rp 150.000, kemudian bawang setengah kg Rp 10.000, telur setengah kg Rp 12.000 dan kentang Rp 12.000 Bawang 10.000, telur 12, kentang Rp 12.000.

“Totalnya Rp 184.000. Belum sesuai kalau jatah bantuannya Rp 200.000,” urainya.

Mbah Karsi, nenek asal Desa Wonotolo Gondang penerima BPNT saat menunjukkan kentang yang diterima dari program BPNT yang ukurannya sangat kecil dan dinilai tidak layak. Foto/Wardoyo

Senada, Mbah Karsi (65) warga RT 13 Dukuh Keten, juga mengungkap pernah menerima kentang dari jatah BPNT yang tidak layak. Tak hanya ukurannya kecil-kecil, kentang yang disediakan juga ada yang sudah keriput.

Kemudian jumlah telur, juga tidak tentu kadang menerima 8 butir, kadang hanya 7 butir. Sementara untuk beras dan bawang, dinilai masih layak secara kualitas.

“Kentangnya pernah kecil-kecil. Kalau beratnya nggak pernah nimbang Mas, pas sekilo atau tidak. Kita hanya ambil jatah saja. Tapi kalau harganya ditotal semua kelihatannya kalau Rp 200.000 ya nggak sampai,” imbuhnya.

Dikonfirmasi, Kades Wonotolo, Mukhlisin menyampaikan untuk penyaluran BPNT sepenuhnya langsung dari E- Warung yang ditunjuk. Pihak desa tak pernah terlibat karena mekanismenya langsung Kemensos bekerjasama dengan BNI ke E-Warung.

Warga penerima mengambil jatah paketan sembako dari E-Warung dengan memakai kartu ATM BPNT setiap bulan. Sementara bahan sembako yang disediakan di E-Warung disediakan oleh supplier.

“Supplier-nya kami juga nggak tahu dari mana. Kalau E-Warung hanya menyalurkan batang dari supplier. Yang jelas kalau untuk BPNT ini, desa hanya diberitahu dari Dinsos melalui kecamatan, data bulan ini yang dapat segini. Tapi soal pengadaan sembako dan kualitas serta kuantitasnya, di luar kewenangan kami. Susahnya, kadang kalau ada masalah warga larinya ke Pak Lurah dan desa, padahal kita nggak pernah tahu. Ketentuan sembakonya apa saja dan lainnya itu sudah dari dinas,” ujarnya.

Mukhlisin. Foto/Wardoyo

Mukhlisin menyebut untuk desanya jumlah penerima BPNT tercatat sebanyak 320 orang. Namun jumlah penerima perbulan kadang berubah lantaran kadang ada revisi dari pusat dan ada penerima yang mendadak saldonya tinggal 0.

Ia tak menampik beberapa warga memang sempat mencuatkan menerima jatah sembako dengan kentang yang ukurannya kecil dan tidak wajar.

“Kami juga nggak bisa apa-apa. Wong desa enggak punya kewenangan soal BPNT,” imbuhnya.

Terpisah, Sekda Sragen Tatag Prabawanto mengatakan untuk penyaluran sembako BPNT, tidak ada penunjukan supplier.

Supplier penyedia bahan sembako untuk E-Warung menurutnya juga supplier-supplier yang sudah menyuplai dari awal BPNT bergulir.

Perihal temuan adanya beberapa bahan sembako yang tidak sesuai ukurannya dan harganya diyakini berselisih dengan harga pasaran, pihaknya akan meminta Dinsos untuk segera melakukan pengecekan ke lapangan.

“Nanti biar dicek dulu dari Dinsos. Yang monitoring Dinsos,” katanya. Wardoyo

Exit mobile version