Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mengejutkan! Survei Kesehatan Mental di Indonesia 40% Ingin Bunuh Diri dan Sisanya Merasa Kesepian

ilustrasi bunuh diri / pixabay

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Mengejutkan! Bagaimana tidak,  hasil survei  yang dilakukan oleh  komunitas Into The Light menyebutkan, sebanyak 98%   masyarakat merasa kesepian selama satu bulan terakhir.  Lebih parahnya  lagi, 40% memiliki pemikiran untuk bunuh diri, atau  setidaknya melukai diri sendiri dalam dua minggu terakhir.

Survei tersebut dilakukan  bertepatan dengan momentum bulan Kesehatan Mental. Komunitas tersebut melakukan survei mengenai kesehatan mental yang terjadi pada masyarakat Indonesia.

Untuk diketahui, Into The Light merupakan sebuah komunitas yang mempunyai misi utama untuk mencegah bunuh  diri di kalangan remaja di Indonesia.

Peneliti pascadoktoral University of Macau, Andrian Liem mengatakan bahwa survey ini dlakukan karena di Indonesia sendiri belum ada penjelasan khusus serta informasi mengenai kesehatan mental. Sehingga mereka bersepakat untuk melakukan survey ini.

Survei yang melibatkan Change.org dan komunitas Into The Light menunjukkan bahwa stigma negatif pada bunuh diri masih sangat kuat. Hal ini dikarenakan tidak ada partisipan menjawab seluruh pertanyaan mengenai persoalan bunuh diri dengan benar.

“Misalnya, partisipan menganggap bahwa menanyakan keinginan bunuh diri kepada seseorang akan memicu keinginan bunuh diri sebagai fakta. Padahal ini adalah mitos, justru menanyakan hal tersebut dapat membantu mencegah keinginan orang untuk bunuh diri,” kata Andrian mengutip keterangan pers, Sabtu (14/8/2021), dikutip dari liputan6.com.

Survei ini diikuti oleh lebih dari 5.211 responden yang mayoritas berdomisili di enam provinsi di Pulau Jawa. Memiliki latar belakang yang berbeda tentunya membuat jawaban yang beraneka ragam dari para responden. Hasil lainnya menunjukan bahwa anggota keluarga dan teman dekat dengan jenis kelamin yang sama sebagai sosok yang lebih membantu dalam masalah kesehatan mental disbanding tenaga ahli yang professional.

“Keyakinan ini menunjukkan partisipan membutuhkan dukungan sosial. Tetapi perlu diingat bahwa tenaga kesehatan jiwa profesional lebih memiliki keahlian dalam menangani kesehatan mental dan dapat menjaga rahasia klien yang berkonsultasi,” jelas Andrian

Hasil survei yang cukup mengkhawatirkan,  yaitu sekitar 98%  merasa kesepian selama satu bulan terakhir. Dan lebih parahnya  40% memiliki pemikiran untuk bunuh diri bahkan melukai diri sendiri dalam dua minggu terakhir.

Banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengakses layanan kesehatan dalam tiga tahun terakhir. Bahkan 70% masyarakat Indonesia tidak menggunakan layanan tersebut dengan alasan biaya layanan kesehatan mental dianggap tidak terjangkau.

Padahal biaya layanan konsultasi kesehatan jiwa gratis bagi pemilik kartu BPJS, namun banyak masyarakat yang belum mengetahui hal itu. Namun, hasil temuan lainnya menunjukkan bahwa sebanyak 70% partisipan pernah mengakses layanan ini dan berkonsultasi secara daring (online).

Walau tidak banyak yang mengakses layanan kesehatan jiwa, dr. Jiemo Ardian, Sp. KJ, seorang psikiatri yang bekerja di Siloam Hospitals Bogor menyatakan bahwa rumah sakit justru kewalahan melayani pasien. Bahkan dimasa pandemi seperti sekarang meningkat drastis sehingga perlunya ditambah jumlah psikolog dan psikiater untuk memenuhi kebutuhan.

Bunuh diri bukan menjadi solusi ketika seseorang dalam keadaan yang sangat darurat. Bila tidak ada seseorang atau kerabat dekat yang dapat memberikan solusi dapat menghubungi dokter kesehatan jiwa melalui puskesmas atau rumah sakit.

Selain itu dapat mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku, atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 dan kontak yang terakhir dengan cara mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.   Inasya Salma Nabila

Exit mobile version