Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mengenal Sosok Ki Joko Susilo, Dalang Internasional Kelahiran Sumberlawang Sragen (Bag 3). Dikenal Sederhana, Suka Berbagi hingga Rela Nombok Jika Mentas di Warga Kurang Dana

Ki Joko Susilo, dalang internasional kelahiran Sumberlawang Sragen saat mentas di hadapan anak-anak SD di Selandia Baru. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Sosok Ki Joko Susilo (58) seniman dalang internasional kelahiran Desa Mojopuro, Sumberlawang, Sragen memang terbilang cukup fenomenal.

Meski sudah sukses hingga manca negara dan menetap di Selandia Baru, namun Joko ternyata tetap memegang teguh jatidiri dan sikap kedermawanannya.

Di mata warga sekitar tempat kelahirannya di Desa Mojopuro, Sumberlawang, Ki Joko dikenal sebagai sosok yang dermawan dan suka berbagi.

“Beliau sosok yang sederhana dan tetap merakyat. Dengan masyarakat, lebih sering berbagi,” papar Kadus 2 Mojopuro, Agung Prasetyo kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (16/8/2021).

Agung mengisahkan salah satu kebaikan Ki Joko tergambar ketika ada orang punya nazar ingin nanggap beliau untuk mendalang wayang kulit.

Meskipun dananya kurang, Ki Joko selalu hadir dan siap untuk nomboki. Sikap inilah yang membuatnya makin banyak dikenal dan disukai oleh masyarakat.

“Beliau kalau ditanggap warga tapi dananya ndak nutup seringnya malah nomboki. Yang jelas, rasa ingin berbagi sesamanya sangat tinggi,” urai Agung.

Agung menjelaskan, Ki Joko terakhir pulang ke Mojopuro saat 1000 hari peringatan meninggalnya mendiang bapaknya.

Kala itu, yang bersangkutan menyempatkan sekalian berkunjung ke museum Ulen Sentanu Jogja. Di museum ini, kebetulan manajernya rekan kerja Ki Joko di New Zealand.

Ki Joko juga sempat dijadwalkan hadir dan mentas di Sragen beberapa tahun lalu. Sayang, pandemi Covid-19 membuyarkan rencananya untuk melepas kangen dengan warga di tanah kelahirannya melalui pertunjukan wayang kulit.

“Sebelum pandemi hadir sebetulnya sudah di- ACC oleh bupati untuk diterima sebagai tamu budaya satu rombongan dari Paris. Kesempatan ini sebetulnya untuk Indonesia. Tapi karena cintanya dengan Bumi Sukowati ia menunjuk Sragen tempat pertunjukan. Namun Covid datang lebih dulu sehingga rencana itu akhirnya batal,” jelas Agung.

Berdasarkan keterangan keluarga dan tokoh sekitar, Ki Joko Susilo lahir di Desa Mojopuro, Sumberlawang, Sragen tahun 1963 atau 58 tahun silam.

Ia mewarisi darah seniman wayang dari mendiang dalang kenamaan Ki Toto Carito (Dalang Ruwat Sepuh) asal Mojopuro.

Darah seni mendalang membuat Ki Joko kemudian malang melintang unjuk kebolehan ke berbagai negara. Kemudian ia menyambangi Selandia Baru pada tahun 1993 atau ketika berusia 30 tahun.

“Beliau adalah anak seorang dalang sepuh 7 keturunan. Bapaknya seorang dalang ruwat. Beliau 5 bersaudara laki-laki yang lahir paling tengah,” urai Agung.

Agung yang kebetulan tinggal tak jauh dari kediaman orangtua Ki Joko Susilo, menceritakan sosok Joko sebagai seorang yang cerdas.

Seperti diberitakan, nama Ki Joko Susilo mencuat setelah Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya menyebut Joko sebagai satu dari empat WNI berkiprah hebat di Selandia Baru.

Lewat keahlian mendalang wayang kulit, Joko melanglang dunia dengan melakukan pementasan berbagai negara mulai di Selandia Baru, Eropa, dan juga Amerika Serikat.

Salah satu pementasan internasional yang sangat terkenal adalah pementasan wayang kulit dan gamelan di Kennedy Center, Washington D.C, pada tahun 2004 silam.

Ki Joko Susilo memiliki gelar doktor pada disiplin ilmu Etnomusikologi dari University of Otago, Selandia Baru.

Ia juga banyak mendapat kesempatan menjadi dosen tamu di universitas di berbagai negara. Mulai dari Indonesia, Inggris, Selandia Baru, hingga AS. (Wardoyo/bersambung)

Exit mobile version