JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Setelah break dari segala aktivitasnya di media sosial selama kurang lebih dua pekan, Deddy Corbuzier kembali muncul di media sosialnya.
Ia mengabarkan bahwa dirinya mengalami badai sitokin hingga nyaris meninggal pasca negatif dari Covid-19.
Sebelumnya, suami dari Joanna Alexandra, Raditya Oloan juga meninggal setelah berjuang melawan badai sitokin yang dideritanya setelah terinfeksi virus korona.
Lantas apa itu badai sitokin dan bagaimana proses terjadinya hingga membuat penderitanya bisa kehilangan nyawa bila tak ditangani dengan cepat.
Dilansir dari Liputan6.com, Ahli Mikrobiologi sekaligus Staf Pengajar Biologi Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung, Dr Mia Miranti menjelaskan bahwa badai sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh sebagai penanda sinyal sel ketika tubuh mengalami infeksi.
Badai sitokin ini dapat terjadi karena reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan. Ketika virus masuk ke dalam tubuh, sel-sel imun akan merespons dengan melepaskan protein sitokin.
Sitokin sendiri sebenarnya berfungsi untuk memberi tanda bahwa ada jaringan yang terinfeksi virus kemudian mendorong sel-sel imun untuk merusak jaringan yang terinfeksi tersebut.
Namun dalam kasus badai sitokin ini, sinyal yang dikirim sitokin tidak terkendali sehingga membuat sel-sel imun tersebut terus merusak jaringan yang menyebabkan adanya peradangan.
“Pada kasus badai sitokin, sinyal yang dikeluarkan sitokin terus terjadi tidak terkendali untuk memanggil sel imun yang akan terus merusak jaringan menyebabkan peradangan atau inflamasi,” jelas Mia dalam pesan tertulisnya kepada Liputan6.com, Minggu (22/8/2021).
Dalam kanal Youtubenya, Deddy Corbuzier menyebutkan bahwa badai sitokin telah merusak paru-parunya hingga 60 persen dalam dua hari dan tanpa gejala. Padahal pada saat itu dirinya telah dinyatakan negatif covid-19.
Mia kemudian menjelaskan bahwa peradangan paru-paru akibat sitokin dapat terjadi meski infeksi virus telah selesai.
Hal ini karena fungsi paru-paru sebagai alat pernapasan akan terganggu setelah mengalami peradangan. Bahkan bila tidak segera ditangani kondisi ini dapat menyebabkan pasien meninggal.
Mia menambahkan selain paru-paru organ lain yang dapat terkena efek samping dari badai sitokin adalah pembuluh darah dan otot jantung.
Kelompok yang paling berisiko terkena badai sitokin ini biasanya adalah pasien muda yang memiliki sistem kekebalan sistem imun cepat. Badai sitokin ini pada umumnya disebabkan oleh berbagai virus, bukan hanya corona. Harum Ika Praningrum