SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebanyak 50 siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB) B-C Bagaskara Sragen mendapat kesempatan mengikuti vaksinasi Covid-19 di sekolah setempat, Kamis (30/9/2021).
Puluhan siswa penyandang disabilitas itu antusias mengikuti vaksinasi meski sebagian sempat ketakutan dan menangis.
Wakil Kepala Sekolah SLB Bagaskara, Marsono mengungkapkan total ada 50 siswa dari penyandang tuna grahita dan wicara yang hari ini divaksin. Mereka mendapat vaksin jenis Sinovac dalam vaksinasi yang digelar oleh DKK tersebut.
Dengan 50 siswa sudah tervaksin hari ini, maka total siswa di SLB Bagaskara yang sudah tervaksin mencapai 60 persen.
Dari persentase itu, 30 persen sudah divaksin dari program vaksinasi di tempat domisilinya. Guna memudahkan input data dan administrasi, nantinya pihak sekolah yang akan membantu mengumpulkan data dan KK siswa ke petugas Pemkab.
“Yang divaksin hari ini, yang belum tercover di rumahnya. Ada sekitar 50 siswa. Nah, sisanya yang belum divaksin karena usia belum mencapai 12 tahun. Syarat vaksinasi kan harus di atas 12 tahun. Hari ini vaksin dosis pertama, nanti dosis kedua tanggal 28 bulan Oktober 2021,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , di sela memantau vaksinasi.
Marsono menguraikan selain meningkatkan imunitas siswa, vaksinasi itu juga upaya untuk menekan potensi terpapar Covid-19.
Lebih dari itu, dengan persentase siswa tervaksin sudah 60 persen, maka diharapkan makin meningkatkan kondisi siswa untuk bersiap kembali tatap muka di sekolah.
“Kalau guru-guru total ada 24 guru di sini dan semua juga sudah tervaksin. Harapan kami setelah vaksinasi ini, bisa segera kembali tatap muka dan masuk sekolah. Vaksin ini diharapkan juga menuju hidup yang sehat,” terangnya.
Pembelajaran tatap muka sendiri sedianya dijadwalkan akan dimulai Senin awal pekan depan.
Memahami Kebutuhan
Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Sri Subekti mengatakan vaksin yang digunakan untuk siswa SLB itu adalah jenis Sinovac.
Mengingat kondisi siswa yang berkebutuhan khusus, mereka melalui proses skrining dengan disertai pendamping untuk memudahkan komunikasi.
Ia memastikan selama ini vaksinasi untuk siswa berkebutuhan khusus relatif lancar dan tidak ada kendala. Namun petugas memang dituntut untuk bisa memahami bahasa, kekurangan dan kebutuhan mereka.
Di sisi lain, proses vaksinasi sendiri berlangsung lancar meski beberapa siswa sempat menangis karena ketakutan melihat jarum suntik.
Seperti, Ariel (15), siswa asal Desa Newung, Sukodono sempat meronta dan menangis sebelum kemudian lirih setelah ditenangkan oleh kakak dan gurunya.
“Iya tadi sempat ketakutan melihat jarum. Tapi tadi di rumah dia sambil ketawa pingin ikut divaksin di sekolah. Ini vaksin dosis pertama. Karena program pemerintah ya kita ikut saja. Supaya sehat,” ujar kakak Ariel. Warjiyanto. Wardoyo