SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemulihan ekonomi di Indonesia masih terus berlanjut sejalan dengan pulih dan meningkatnya permintaan global.
Sebagai contoh, volume ekspor dan harga komoditas andalan Indonesia seperti batubara meningkat sebesar 11,04% (mtm) dan CPO sebesar 6,85% (mtm).
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang perekonomian, Airlangga Hartarto, melalui rilis yang dikirimkan ke Joglosemarnews.
Menko Airlangga menjelaskan, peningkatan ekspor Indonesia juga mengkonfirmasi perbaikan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia Agustus 2021 yang meningkat menjadi 43,7 dari sebelumnya berada di level 40,1 pada Juli 2021.
Bahkan di kancah global, level PMI Indonesia juga lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN, seperti Myanmar (36,5), Vietnam (40,2), dan Malaysia (43,4).
Airlangga memaparkan, peningkatan ekspor terbesar Indonesia pada Agustus 2021 terjadi pada komoditi lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar US$1.544,8 juta, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$573,2 juta, dan bijih logam (HS 26) sebesar USD213,1 juta.
Sementara itu, negara tujuan ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan terbesar dibanding bulan sebelumnya di antaranya Tiongkok (US$1.212,2 juta), India (US$759,1 juta), dan Jepang (US$453,2 juta).
Sejalan dengan peningkatan ekspor, sisi impor Indonesia pada Agustus 2021 mencapai US$16,68 miliar, meningkat sebesar 10,35% (mtm) atau 55,26% (yoy).
Mobilitas masyarakat yang mulai meningkat seiring dengan pelonggaran PPKM menjadi indikasi penyebab peningkatan.
tan.
“Kenaikan impor pada Agustus 2021 ditopang oleh peningkatan impor barang modal sebesar 34,56% (yoy) dan bahan baku/penolong sebesar 59,59% (yoy) yang menunjukkan peningkatan kapasitas produksi industri di Indonesia serta geliat ekonomi Indonesia yang terus pulih,” ungkap Menko Airlangga.
Dipaparkaan Menko Airlangga, struktur impor Indonesia pada Agustus 2021 didominasi impor bahan baku/penolong yang mencapai 74,20% dari total impor.
Kemudian disusul oleh barang modal mencapai 14,47%, dan barang konsumsi sebesar 11,33%. Struktur tersebut mengindikasikan perekonomian Indonesia yang produktif melalui penciptaan nilai tambah yang lebih besar, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk diekspor kembali.
Dorongan untuk Ekspor Industri Kecil Menengah (IKM)
Menko Airlangga mengakui, performa positif ekspor Indonesia tersebut tidak terlepas dari peran berbagai pihak termasuk kontribusi para pelaku IKM yang mampu bertahan di tengah gejolak pandemi Covid-19.
Hal ini dibuktikan dari kenaikan dua komoditas ekspor yang berbasis pada sektor IKM, yakni ekspor Kayu dan Barang dari Kayu (HS 44) yang mampu tumbuh tinggi 18,31% (yoy) dan Furnitur (HS 94) yang tumbuh mencapai 30,12% (yoy) selama periode Januari hingga Juli 2021.
Kedua komoditas tersebut bahkan termasuk dalam 20 kontributor utama ekspor Indonesia sepanjang tahun 2021.
Ekspor dari komoditi pada HS 44 mencapai USD2,55 miliar berada pada peringkat 12 dengan share sebesar 2,12% terhadap total ekspor dan HS 94 mencapai USD1,63 miliar berada pada peringkat 19 dengan share sebesar 1,36% terhadap total ekspor.
Karena itu, menurut Menko Airlangga, kontribusi ekspor HS 44 dan HS 94 yang notabene berbasis pada IKM perlu diberikan apresiasi.
Untuk menjaga keberlanjutan performa ekspor yang positif dari kedua komoditas tersebut, beberapa faktor kunci perlu terus dicermati diantaranya: pertama, ketersediaan kontainer yang memadai dan stabilitas biaya freight cost yang terjangkau.
Kedua, kemudahan dalam proses pengurusan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Ketiga, terjaganya stabilitas harga dan ketersediaan pasokan kayu ke industri.
Keempat adalah kelancaran izin keimigrasian yang terintegrasi bagi inspektor buyer luar negeri. Kelima, peningkatan kualitas produk dan keahlian SDM, keenam fasilitasi teknologi dan sarana prasarana produksi, ketujuh, Peningkatan akses pasar melalui fasilitasi pameran dan promosi.
“Dan ke delapan adalah kemudahan akses pembiayaan untuk melakukan ekspansi,” beber Menko Airlangga.
Namun demikian, jelas Airlanggaa, upaya mendorong ekspor komoditas IKM tidak hanya akan dilakukan pada kedua komoditas tersebut.
Pemerintah bersama seluruh stakeholders terus berupaya menyusun berbagai program dan insentif yang relevan pada seluruh komoditas IKM berbasis ekspor.
Dengan demikian, seluruh IKM yang bergerak di berbagai sektor dapat terus berkontribusi dalam menopang ekspor Indonesia secara keseluruhan,” tutup Menko Airlangga.
Peningkatan nilai ekspor tersebut, menurut Menko Airlangga, secara otomatis ikut mendorong meningkatnya performa neraca perdagangan pada Agustus 2021.
Sesuai rilis Badan Pusat Statistik, Rabu (15/9/2021), nilai perdagangan Indonesia pada periode Agustus 2021 tercatat mengalami surplus US$4,74 miliar, melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020 atau surplus selama 16 bulan berturut-turut.
Nilai surplus tersebut bahkan merupakan rekor tertinggi sejak Desember 2006 sebesar US$4,64 miliar.
Performa surplus yang impresif tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor Indonesia yang terakselerasi pada Agustus 2021 dengan mencapai US$21,42 miliar, meningkat double digit sebesar 20,95% (mtm) atau 64,10% (yoy).
Nilai ekspor tersebut sekaligus tercatat sebagai rekor tertinggi baru bagi ekspor Indonesia, menembus rekor tertinggi sepanjang masa yang pernah terjadi sebelumnya pada Agustus 2011 yang sebesar US$18,60 miliar. Suhamdani