JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Solo

Pancasila Jangan Hanya Sebatas Slogan

Istimewa
   

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Pancasila seharusnya tidak hanya sebatas slogan, namun harus dijiwai secara substansial dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu ditegaskan oleh Ketua Pusat Studi Agama dan Perdamaian (PSAP) Surakarta, Dr H Anas Aijudin, S.Sos.l., M.Hum saat menjadi salah satu pemateri dalam Webinar Nasional Pancasila dan Tantangan Demokrasi di Era Pandemi, Jumat (24/9/2021).

Dua narsumber lain adalah Muchamad Nabil Haroen, S.Sos.I, S.Pd., M.Hum selaku anggota DPR RI dan Prof Dr Leo Agung S, M.Pd  sebagai Kepala PSPP UNS Surakarta, dengan moderator Dadan Adi Kurniawan, S.Pd, MA .

Lebih lanjut Anas menjelaskan, bahwa Pancasila harus dijadikan dasar bertindak dan berperilaku sehari-hari dan tidak hanya sebagai slogan yang sekadar dihafal saja.

Baca Juga :  Ribuan Kaum Muslimin Laksanakan Salat Idul fitri 1445 H di Halaman Edutorium UMS

Seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews, Kepala PSPP UNS, Prof Dr Leo Agung mengatakan, Pancasila dan demokrasi bangsa Indonesia sudah mendapat tantangan sejak zaman awal kemerdekaan.

Dalam sejarahnya yang panjang, tantangan itu selalu hadir, baik masa awal kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru, masa Reformasi, hingga masa pandemi Covid-19 ini.

Terkait problematika masa pandemi, pemerintah bersama pihak-pihak bertanggung jawab, harus mendesain pola-pola sosialisasi dan edukasi yang berbeda.

Dijelaskan Leo Agung, di satu sisi penerintah  harus tetap mengutamakan kesehatan dan keamanan, sementara di sisi lain harus tetap  mengutamakan ekonomi masyarakat.

Sementara dalam pandangan Muchamad Nabil Haroen, masyarakat Indonesia memang perlu bersyukur lantaran tidak diberi cobaan berat seperti masyarakat di Timur Tengah yang hingga kini terus bergejolak.

Baca Juga :  PDIP Buka Pendaftaran Bakal Cawali-Cawawali, Diah Warih: Pilkada Solo Kian Menarik

Anggota DPR RI ini mengajak masyarakat bersama-sama meluruskan hal-hal yang bengkok, termasuk berita-berita hoax, termasuk berita terkait pandemi Covid-19.

Begitu pula terkait fenomena dihapusnya mural-mural yang bernada menyindir, maka selama tempat, waktu, dan cara penyampaiannya bijak sah-sah saja.

Itu bagian dari ekspresi penyampaian pendapat/aspirasi. Tetapi kalau sebaliknya, ya perlu ditindak.

Intinya perlu komunikasi antar pihak. Saat ini, hikmah dari pandemi justru masyarakat kita semakin religious, dzikirnya makin banyak, sholawatnya makin kenceng.

“Jangan sampai kelak kalau pandemi berakhir, nanti ibadahnya justru kendor lagi,” pesan Muchamad Nabil Haroen. Suhamdani

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com