JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Masyarakat Diminta Waspada. November-Desember Curah Hujan Memuncak, Disertai Potensi Bencana

Ilustrasi cuaca / tribunnews
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Masyarakat diminta waspada terhadap curah hujan yang tinggi dan bisa memicu bencana alam. Terutama pada bulan November dan Desember 2021 ini.

Imbauan itu disampaikan oleh Kelapa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, saat melakukan pelatihan di PDIP.

Dwikorita menjelaskan, wilayah Indonesia ini kompleks, dan kondisi cuaca dipengaruhi interaksi benua Asia dan Australia sehingga perubahan cuaca di luar siklus bisa terjadi seketika dan mendadak.

“Artinya perkiraan itu bisa tiba-tiba berubah karena ada sesuatu yang tiba-tiba berubah di tempat lain,” jelas Dwikorita dalam pelatihan kebencanaan berteman La Nina, Fenomena dan Dampaknya yang digelar DPP PDI Perjuangan, Rabu (27/10/2021).

Dwikorita mencontohkan kejadian banjir Jabodetabek pada Januari 2020, itu sebetulnya sudah terdeteksi seminggu sebelumnya. Namun kemudian intensitas hujan melampaui apa yang diperkirakan.

Kejadian banjir Jabodetabek pada Januari 2020 yang di contohkan Dwikorita. Sebelumnya sudah terdeteksi seminggu sebelumnya, namun intensitas hujan melampaui apa yang diperkirakan.

Mantan dekan UGM menegaskan bahwa pesan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tentang anomali suhu air laut adalah fakta yang terjadi.

Baca Juga :  Terbukti Langgar Kode Etik, Pelapor Kecewa Anwar Usman Hanya Diberi Teguran Tertulis

Sebab BMKG telah melakukan monitoring satelit permukaan air laut di Pasifik saat ini lebih dingin dari normalnya.

Seharusnya suhu permukaan air laut di Kepulauan Indonesia lebih hangat dari biasanya. Hal ini menyebabkan tekanan udara di wilayah Pasifik lebih tinggi dari pada Indonesia.

“Curah hujan yang harusnya turun dicicil dalam satu bulan, tapi karena pengaruh fenomena regional dan seruak udara, akhirnya volume curah hujan  yang mestinya sebulan bisa turun dalam 24 jam,” jelas Dwikorita.

Melangsir dari Tribunnews, ia menegaskan, sangat penting memahami bahwa bencana itu terjadi karena lingkungan.

Sebab, bagaimana tidak banjir kalau semua penuh dengan aspal dan beton, pohon-pohon ditebang, sehingga peresapan air yang seketika itu menjadi terhambat.

“Inilah yang mengakibatkan bencana apabila hujan lebah dalam beberapa jam, dan lingkungan tidak bisa seketika meresap karena kerusakan alam. Maka penghijauan menjaga kelestarian lingkungan sangat-sangat tepat untuk mengurangi risiko ketidakmampuan lingkungan untuk segera meresapkan air yang datang seketika,” ungkap Dwikorita.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Henri Alfiandi mengatakan bahwa Potensi SAR yang utama untuk bisa mencapai target quick response.

Baca Juga :  Pertemuan Prabowo-Surya Paloh Sinyal Hak Angket Bakal Layu Sebelum Berkembang

Dalam pidato Presiden Jokowi saat HUT RI 17 Agustus, kecepatan respon ini perlu ditambah, sehingga Basarnas harus lebih bekerjasama dengan para potensi SAR.

Dalam hal inilah, Henri merasakan bahwa keberadaan Baguna PDIP sangat membantu dalam penanganan bencana di daerah daerah.

“Selama ini kami mengandalkan TNI Polri, kami yakin PDIP dengan Baguna punya rantai komando yang sangat cepat dan mudah bagi Basarnas meminta bantuan atau menggerakkan. Ini menjadi sinergi yang baik,” jelasnya.

Henri juga meminta agar call center 115 diperkenalkan kepada masyarakat secara lebih luas.

Sebab ia merasa masyarakat belum akrab dengan call center 115.

Padahal ini adalah inti dari mulai bergeraknya Basarnas memberikan pertolongan, melakukan olah data, serta melakukan gerak memberikan berikan pertolongan.

“Sebab kemampuan dan jumlah juga kita perhitungkan. Dengan adanya dampak besar bencana maka mau tak mau kita harus bekerja sama dengan potensi SAR di daerah. Maka 115 harus familiar bagi masyarakat,” tandas Henri. Agus Romdoni

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com