JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Panen Raya Bawang Merah Organik di Sragen, Bank Indonesia Sebut Bisa Tekan Angka Inflasi. Produk Bawang Goreng juga Diminati Jepang

Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo (baju putih) bersama Sekdin Pertanian, Wikanto Joko (baju batik) dan Ketua ABMI Sragen, Suratno (dua dari kiri) saat panen raya bawang merah tanpa kimia di Ngoncol, Nglorog, Sragen, Jumat (8/10/2021). Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bank Indonesia mendorong petani untuk mau menanam komoditas bawang merah. Sebab bawang merah memiliki prospek bagus untuk Jepang dan bisa menekan angka inflasi.

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Nugroho Joko Prastowo saat hadir dalam panen raya budidaya bawang merah organik atau tanpa bahan kimia bersama Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Sragen di Ngoncol, Nglorog, Sragen, Jumat (8/10/2021).

Panen raya dilakukan di lahan seluas 1.500 M2 yang dibantu bibit dan mendapat pendampingan langsung oleh BI Solo. Lahan tersebut dikelola oleh salah satu petani di bawah naungan ABMI Sragen dan berhasil bagus.

Berbeda dari budidaya pada umumnya, bawang merah itu ditanam dengan teknologi selambu dan murni tanpa bahan kimia. Hasil panennya, ternyata lebih bagus dengan produktivitas 1,7 ton per lahan 1.500 m2.

Nugroho mengatakan kerjasama penanaman bawang merah itu dilakukan dalam rangka menjalankan tugas BI terkait ekonomi moneter dan menjaga ketahanan pangan.

Sebab selama ini bawang merah menjadi salah satu komoditas pertanian yang menjadi penyumbang angka inflasi. Terlebih prospek pangsa pasar bawang dan produk olahannya sudah diminati di luar negeri.

Baca Juga :  OPTIMALISASI LORONG SEKOLAH MENJADI LORONG LITERASI

“Harga bawang merah itu kan fluktuatif dan ketika harga naik bisa memicu inflasi. Nah dengan semakin banyak petani yang menanam, maka akan menjaga ketahanan pangan supaya tidak impor terus. Sehingga menekan angka inflasi. Kalau impor terus, begitu diembargo habis kita Pak,” ujarnya saat memberi sambutan.

Diminati Jepang

Jika banyak petani yang menanam, maka setidaknya bisa mencukupi kebutuhan akan bawang merah di wilayah sendiri. Lantas jika ada kelebihan produksi, bisa dijual ke daerah lain bahkan dibuat olahan bawang goreng.

“Sekarang sudah ada permintaan produk bawang goreng dari Jepang,” terang Nugroho.

Panen raya bawang merah tanpa kimia bersama BI Solo dan ABMI Sragen. Foto/Wardoyo

Sementara metode budidaya tanpa kimia di Sragen itu didorong karena bisa menjaga bumi dan kandungan unsur hara.

Lebih dari itu, komoditas organik saat ini tengah menjadi primadona lantaran lebih bagus untuk kesehatan dan harganya juga lebih mahal.

Pendampingan dari BI tidak hanya sebatas bantuan bibit dan peralatan, namun ke depan juga akan membantu pembuatan rumah kompos dan gudang bibit.

“Mudah-mudahan metode budidaya di Sragen ini bisa jadi percontohan dan jadi sesuatu yang membudaya,” tukasnya.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sragen, Wikanto Joko Sutejo mengapresiasi budidaya bawang merah di bawah ABMI itu. Menurutnya itu menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan pangan utamanya terkait pemenuhan komoditas bawang merah dan menekan impor.

Baca Juga :  Media Sragen Terkini (MST HONGKONG), Grup Pertama yang Terdaftar di Kemenkumham dan Memiliki Anggota Terbanyak di Kota Sragen

“Kalau ketahanan pangan rapuh akan jadi malapetaka. Teknologi budidaya dengan selambu dan tanpa kimia ini bagus, karena bisa mencegah hama yang biasanya penerbangannya malam hari. Dulu pakai lampu, sekarang pakai selambu,” ujarnya membacakan sambutan Kadinas.

Ketua ABMI Sragen, Suratno menyampaikan kerjasama ini sudah yang ketiga kali dijalin ABMI Sragen dengan BI Solo.

Kerjasama itu diwujudkan BI Solo dengan memberikan bantuan bibit bawang merah, peralatan budidaya hingga nantinya bantuan rumah kompos.

“Makanya kita disarankan pembibitan sendiri mengunakan dengan pupuk organik. Karena biaya bibit terlalu tinggi sekarang ini bibit yang kita beli Rp 38.000 yang kita tanam. Kalau kita bisa buat Rp 15.000 cukup. Makanya nanti dikasih bantuan juga untuk buat gudang pembibitan,” ujarnya.

Selain bantuan itu, ABMI juga mendapat bantuan berupa alat pendukung budidaya. Yakni selambu yang dipasang menutup lahan dan peralatan lainnya.

“Untuk Sragen, gudang kita yang mencukupi ya kapasitas sekitar 35 ton,” imbuhnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com