SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tim penilai Adiwiyata Kota Surakarta melakukan visitasi ke SD Marsudirini Surakarta, sebagai salah satu calon sekolah Adiwiata di Kota Surakarta, Selasa (12/10/2021).
Kunjungan itu diterima oleh Kepala Sekolah, Fransisca R Sri Lani, S.Pd, Koordinator Yayasan Marsudirini Perwakilan Surakarta, Sr M. Claudia, OSF, S.Pd dan jajaran guru karyawan serta segenap anggota komite sekolah.
Kepala SD Marsudirini Surakarta, Fransisca Srilani mengatakan, ide awal SD Marsudirini ikut dalam ajang sekolah Adiwiyata bermula dari tawaran yang pernah diterimanya dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surakarta.
“Spontan tawaran itu saya terima, lalu kami melakukan koordinasi dengan DLH yang kemudian kami tindaklanjuti dengan membentuk tim,” ujar Sri Lani.
Sejak itulah, ujar Sri Lani, bersama tim dilakukanlah pembenahan-pembenahan sesuai dengan arahan dan pendampingan dari DLH maupun pihak lain.
Seperti diketahui, untuk menuju sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Kota Surakarta tersebut, SD Marsudirini Surakarta telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
“Beberapa di antaranya, kami kerja sama dengan Rikolto dan Gita Pertiwi,” paparnya.
Selain itu, sejumlah guru yang membawahi beberapa Pokja (Kelompok Kerja) juga diikutkan dalam pelatihan-pelatihan sesuai dengan kompetensinya.
Ketua Komite SD Marsudirini Surakarta, Maria Irena Hendriyanti mengatakan, hal itu adalah sebuah kesemptan luar biasa bagi SD Marsudirini yang mendapat kesempatan untuk ambil bagian dalam pengelolaan lingkungan hidup yang sehat.
Untuk tujuan yang mulia tersebut, demikian Maria Irena, komite siap untuk bersinergi dan memberikan dukungan.
“Semuanya demi sekolah adan anak-anak didik,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Yayasan Marsudirini Perwakilan Surakarta, Sr M Claudia, OSF, S.Pd mengatakan, penilaian yang dilakukan oleh tim visitasi Adiwiyata, sebenarnya bukanlah perlombaan, namun pembelajaran.
Pembelajaran yang bermuara pada penyadaran terhadap anak didik untuk peduli terhadap lingkungan hidupnya. Ia mengatakan, sebenarnya konsep Adiwiyata sudah menjadi semangat hidup para suster di seluruh Indonesia.
“Semoga SD Marsudirini menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan,” ujarnya.
Ia menaruh harapan, visi dan misi sekolah Adiwiyata tersebut tidak hanya bermanfaat bagi anak didik semata, namun bisa juga berefek pada keluarga dan lingkungan.
“Budaya cinta lingkungan tak hanya saat ada visitasi. Tapi berlanjut terus menerus. Jadi mari kita ciptakan lingkungan yang aman, asri dan sejuk,” bebernya.
Me In Tea
Sedangkan dalam paparan materinya, Koordinator Kegiatan SD Marsudirini, Surakarta, Astit Renggani, S.Pd menjelaskan berbagai program yang telah dikerjakan oleh tim Adiwiyata SD Marsudirini.
Beberapa di antaranya adalah pembuataan kolam ikan, pembuatan AC alami di ruang-ruang kelas dengan menggunakan botol-botol bekas yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tanaman bunga.
Selanjutnya adalah pembuatan biopori serta pengolahan sampah dengan mesin komposter. Ada pula kegiatan pembuatan warna alami untuk mewarnai kain batik. Sebagai tahap awal, mereka menggunakan sisa teh dari dapur sekolah. Produk ini dinamai dengan Me In Tea.
Masih ada lagi, yakni penanaman sayuran hidroponik dengan sistem rakit apung. Kebetulan saat visitasi, sayuran sawi sendok yang ditanam secara hidroponik sudah layak panen.
“Hasilnya dijual, tapi masih di kalangan sendiri, dari para guru yang membelinya,” ujar Astit.
Ada juga program pemanfaatan sisa air AC yang digunakan untuk menyiram tanaman. Di bawah selang pengeluaran air sisa AC ditaruh jerigen besar, untuk menampung airnya.
Tapi lebih dari itu, menurut Astit, sekolah Adiwiyata tersebut bukan hanya untuk kepentingan sesaat maupun kepentingan sekolah dari guru semata. Bagi para guru, berbagai kegiatan yang dilakukan tersebut sepenuhnya didedikasikan untuk pembelajaran bagi anak didik.
“Jadi anak-anak bisa kami ajari praktik menanam sayuran hidroponik, atau memelihara ikan, atau lele, atau membatik dengan pewarna alami,” ujar Astit panjang lebar.
Bukan Peringkat, Tapi Predikat
Perwakilan dari DLH Kota Surakarta, Sapta Purnama dalam paparannya menjelaskan, visitasi Adiwiyata di sekolah bukan sebuah ajang perlombaan.
“Sehingga dalam Adiwiyata itu sebenarnya tidak ada pemeringkatan. Yang ada adalah pemberian predikat,” paparnya.
Di mana, lanjut Sapta, sekolah yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai sekolah Adiwiyata, akan mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari pemerintah daerah/kota maupun pemerintah provinsi sesuai dengan tingkatnya.
“Dan jika tingkatnya sudah nasional, akan mendapatkan apresiasi dari presiden. Tapi, tujuannya bukanlah penghargaan. Tapi bagaimana seluruh warga sekolah memiliki budaya lingkungan yang baik,” beber Sapta Purnama.
Sementara itu, tim penilai Adiwiyata yang juga Kepala SD Kemasan 2 Surakarta, Sri Yanti, S.Pd dalam paparannya mengaku terkesan dengan kesiapan, inovasi serta kreasi yang dikerjakan oleh tim Adiwiyata SD Marsudirini Surakarta.
Yanti, sapaan akrabnya, juga memberikan apresiasi yang sangat tinggi, terutama untuk kekompakan seluruh civitas sekolah, termasuk soliditas komite sekolah dalam mendukung program sekolah.
“Perlu diketahui, bahwa kekompakan menjadi modal utama untuk maju sekolah Adiwiyata. Dan modal itu di SD Marsudirini sudah sangat bagus. Saya lihat sendiri, dan saya pikir ini sudah layak maju ke provinsi,” ujar Sri Yanti.
Namun dalam kesempatan tersebut, Sri Yanti memberikan sedikit masukan mengenai admnistrasi dan dokumentasi kegiatan. Di mana, perlu ada sinkronisasi antara rencana, proses, hasil dan evaluasi.
“Sebab, perencanaan yang baik sudah tentu akan menghasilkan output yang baik pula. Itu saja,” papar Sri Yanti.
Perlu diketahui, SD Marsudirini Surakarta menjadi salah satu dari 20 SD dan SMP di Kota Solo yang menjadi kandidat sekolah Adiwiyata tingkat Kota.
Uniknya, selesai visitasi, tim penilai tidak pulang dengan tangan hampa. Mereka membawa oleh-oleh satu tas berisi sayuran sawi yang baru saja dipetik dari ladang hidroponik. Suhamdani