JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Unik, Melukis Memakai Solder dengan Media Triplek Karya Warga Bulusari Bulusulur Wonogiri, Pembuatnya Gitaris dan Penjual Roti Bakar loh

Lukis solder
Salah satu hasil karya Prihanto si pelukis solder. Joglosemarnews.com/Aris Arianto
ย ย ย 

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Lukisan dengan media kertas, kanvas serta alat kuas dan sejenisnya sudah lazim di masyarakat. Namun lain halnya jika media lukis adalah triplek atau kayu, sangat belum umum.

Lebih menarik lagi alat untuk melukis bukan kuas, bukan pula bulu hewan atau kain. Alat untuk melukis di atas triplek atau kayu adalah solder. Ya benar-benar solder, alat elektrik pemanas yang biasa digunakan untuk menyambungkan elemen listrik.

Melukis dengan solder ini ada di Wonogiri. Prinsip kerjanya adalah membakar triplek atau kayu dengan solder. Nah bakaran itu membentuk pola tertentu sesuai keinginan atau imajinasi si pelukis. Bisa berupa pemandangan, wajah, binatang, hingga siluet maupun abstrak tergantung aliran pelukisnya.

Karya seni lukis ini bernama pirografi. Secara singkat pirografi adalah sebuah seni dekorasi dengan media kayu, triplek dan sebagainya. Dalam seni itu, sebuah gambar dibikin dari hasil pembakaran. Bisa dibilang pirografi adalah lukis bakar.

Di Wonogiri tidak banyak seniman yang menggeluti pirografi ini. Salah satunya adalah Prihanto (40). Si pelukis solder ini merupakan warga Dusun Bulusari RT 1 RW 3 Desa Bulusulur, Kecamatan Wonogiri. Pria itu belajar melukis dengan solder lewat tayangan Youtube yang dilihatnya.

Dia sebenarnya hanya seorang pehobi lukis. Pekerjaan utamanya adalah gitaris campursari. Namun ketika pageblug alias pandemi COVID-19 menghantam dan resepsi pernikahan dengan hiburan dilarang, dia lebih memiliki banyak waktu untuk belajar pirografi. Sekaligus menantang dirinya sendiri untuk bisa berkembang, tak sekedar melukis di kanvas.

Baca Juga :  Siapa Saja Calon Bupati Wonogiri 2024?

“Hobi sejak kecil suka nggambar. Terus belajar pirografi ini. Coba saya tawarkan di medsos ternyata banyak yang minat,” kata dia Jumat (26/11/2021).

Prihanto memilih triplek sebagai media pirografi. Sebenarnya, bisa saja dia menggunakan kayu. Namun, biaya pembelian kayu lebih mahal dibandingkan triplek. Selain itu, lebih banyak penggemar lukisan pirografi yang tercetak di triplek.

Alat yang digunakannya untuk membuat lukisan pirografi sangat sederhana. Dia hanya menggunakan sebuah solder yang ujungnya dimodifikasi sendiri. Ujung solder yang digunakan untuk melukis dibikin gepeng.

Lukisan pirografi dibuat by request alias sesuai pesanan. Tak jarang, dia hanya diberi foto bagian wajah pemesan dan diminta untuk berkreasi dengan wajah itu. Contohnya, pemesan meminta agar dibuatkan lukisan dengan gaya menaiki sapi sekaligus membawa biola.

Untuk membuat lukisan pirografi, terlebih dahulu Prihanto membuat sketsa di triplek dengan menggunakan pensil. Setelah itu, sketsa dibakar dengan menggunakan ujung solder. Dalam pirografi, jika gambar yang sudah disolder bakal terus membekas. Jadi, ketika membuat kesalahan harus dilakukan penggantian media gambar alias memulai dari nol lagi.

Baca Juga :  Siap Digembleng 6 Bulan, Ratusan Guru Wonogiri Ikuti Progam Guru Penggerak Angkatan 10

“Dulu pernah (membuat kesalahan saat melukis), ‘kan yang pesan jadi gelo (kecewa). Tapi sekarang untungnya sudah enggak. Sudah hafal tekniknya” beber Prihanto.

Pundi-pundi cuan pun berhasil didatangkan dari lukisan pirografinya. Untuk lukisan di triplek dengan ukuran 16 r (40 x 50 sentimeter), dibanderol dengan harga Rp 150 ribu. Dibutuhkan waktu dua hari untuk pengerjaan lukisan tersebut.

Kalau untuk ukuran yang lebih besar terus terang dia bingung mematok harga berapa. Terlebih ini sebatas hobi, harga fixnya belum diatur. Sebagai gambaran ada yang Rp300 ribu sampai Rp400 ribu untuk ukuran 120 x 155 sentimeter.

Prihanto ternyata juga berjualan roti bakar di sekitar Alun-alun Giri Krida Bakti Wonogiri. Dia lihai membagi waktu antara melukis dan berdagang.

Sudah ada ratusan lukisan pirografi yang digarapnya. Pernah dia mengajak rekannya untuk membuat lukisan pirografi, namun hasilnya kurang memuaskan sebab belum mahir dalam arsirannya. Pesanan yang menumpuk pun digarap sendiri, tak bisa dikebut agar hasilnya tetap maksimal.

Beberapa pemesan meminta agar lukisan diberi warna, Prihanto pun menyanggupinya Dengan memberikan pigmen seperti yang digunakan di kain sablon. Pesanan itu datang dari berbagai daerah. Bahkan ada pesanan dari Surabaya. Aris

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com