BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di sebuah ladang persis di pinggir jalan Alun-alun Lor- SMP 3 Mojosongo, Boyolali, terdapat sepasang batu unik.
Warga sekitar menamakannya Watu Nganten atau Batu Temanten.
Ya, kedua batu besar itu bentuknya memang mirip. Sebagian batu tertanam di dalam tanah.
Tinginya sekitar 1,5 meter, dengan jarak antara kedua batu itu 10 meter. Batu yang berada di sisi timur terlihat bersih, namun yang sisi barat tertutup perdu liar.
Kedua batu itu diduga terkait dengan situs Candi Watugenuk di Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo. Candi Watugenuk sendiri sudah dieksvakasi oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng.
Eksvakasi pertama tahun 2016 lalu, tim berhasil menemukan satu candi utama. Di sana juga ditemukan sebuah yoni.
Sedangkan eksvakasi kedua dilakukan pada pertengahan bulan Oktober lalu dan berhasil menemukan tiga candi perwara.
Sriyono, tokoh Hindu Desa Kragilan menjelaskan, Watu Nganten merupakan gapura atau pintu masuk komplek Candi Watugenuk.
Disebut Watu Nganten atau Batu Temanten karena jumlahnya dua atau sepasang.
Letaknya segaris antara Candi Watugenuk, Watu Nganten dan Komplek Keraton Salembi.
Di antara candi dan Watu Nganten terdapat Watu Gentong yang dulu selalu berisi air yang digunakan umat Hindu jaman dulu untuk sesuci sebelum ke Candi Watugenuk.
Sedangkan Keraton Salembi di Jurug, Kecamatan Mojosongo hanya tinggal ditemukan sisanya berupa sendhang atau pemandian.
Keraton Salembi usianya semasa dengan Keraton Pengging lama yang juga beraliran Hindu.
“Yaitu semasa hidup Bandung Bondowoso,” ujarnya, Selasa (23/11/2021).
Anto, warga Boyolali Kota berharap adanya perhatian terhadap pemerintah terhadap situs Candi Watugenuk. Tujuannya, agar masyarakat tahu sejarah perjalanan masa lalu. Waskita