JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Internasional

Bukannya Gembira, Para Ahli di Jepang Malah Kebingungan Tahu Corona Tiba-tiba Turun Drastis

Pandemi Covid-19 masih terjadi
ilustrasi virus Corona
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Bukannya menggembirakan, namun para ahli di Jepang saat ini lagi kebingungan.

Pasalnya, infeksi virus Corona di sana tiba-tiba turun drastis pada saat kasus di negara Asia lainnya melonjak tinggi.

Infeksi harian baru melambat menjadi kurang dari 1 per 1.000.000 orang. Jumlah itu paling sedikit di antara negara-negara besar di Asia, di luar China.

Selain itu, tingkat kematian turun menjadi nol dalam beberapa hari terakhir.

Korea Selatan, dengan tingkat vaksinasi serupa, mencatat rekor infeksi tertinggi hingga menembus 7.000 kasus per hari.

Begitu pula di Singapura dan Australia, tingkat kasus terus meningkat ketika pihak berwenang melonggarkan pembatasan.

Sebuah hipotesis baru untuk menjelaskan divergensi adalah jenis virus corona yang dominan di Jepang berevolusi sedemikian rupa sehingga memperpendek kemampuannya untuk bereplikasi.

Ituro Inoue, seorang profesor di Institut Genetika Nasional Jepang mengatakan, bahwa subvarian Delta, yang dikenal sebagai AY.29, kemungkinan memberikan kekebalan kepada penduduk Jepang.

“Saya pikir AY.29 melindungi kita dari strain lain,” kata Inoue.

Namun dia mengingatkan bahwa penelitiannya baru sebatas teori. “Saya tidak 100 persen percaya diri.”

Paul Griffin, seorang profesor di University of Queensland, mengatakan kasus di setiap negara berbeda-beda tergantung cuaca, kepadatan penduduk, dan berbagai strategi untuk memerangi pandemi.

“Kita memang perlu mencoba dan mengambil pelajaran dari negara lain, tetapi tidak boleh mengasumsikan pengalaman yang sama dari satu negara ke negara lain, karena ada semua variabel itu,” kata Griffin.

Griffin melanjutkan, beberapa negara menggunakan strategi selain vaksinasi untuk mengendalikan penyebaran.

“Apakah itu langkah-langkah sederhana tentang kebersihan tangan, jarak sosial dan penggunaan masker dan apakah itu wajib atau sukarela,” katanya.

Padahal, Jepang tidak pernah melakukan penguncian seperti yang dilakukan banyak negara.

“Mengenakan masker dan ritual kebersihan diri masih sama dan penting,” kata Kazuaki Jindai, peneliti di Universitas Tohoku.

“Vaksin adalah aspek penting pencegahan tetapi bukan peluru perak.”

Kecepatan penurunan kasus Corona di Jepang diprediksi adalah masalah waktu. Lambatnya vaksinasi di Jepang justru memberi efek suntikan yang masih kuat.

Pendapat lainnya adalah virus cenderung memuncak dan turun dalam interval dua bulan.

Perdana Menteri Fumio Kishida memperketat perbatasan menjelang musim dingin untuk menekan penyebaran virus Corona.

Dia memerintahkan perbatasan ditutup minggu lalu untuk mencegah varian virus Omicron.

Apa pun penyebab turunnya kasus di Jepang, Kishida mengatakan penting untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

Jepang sudah memberi suntikan booster pekan lalu. Pemerintah juga telah meningkatkan kapasitas rumah sakit lebih dari 30 persen.

Sebabnya beberapa pasien meninggal di rumah selama gelombang kelima pada bulan Agustus.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com