Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Harga Cabe Rawit di Sragen Melejit Ugal-Ugalan Tembus Rp 80.000, Pemilik Warung Menjerit dan Terpaksa Puasa Bikin Sambal

Pedagang cabe di Pasar Bunder Sragen, Kamis (15/4/2021). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menjelang momentum perayaan Natal dan Tahun Baru, harga cabe rawit di Sragen kembali meroket tajam.

Harga cabe rawit sret yang selama ini dikenal jadi ikon cabe pedas, melejit hingga menembus angka Rp 80.000 per kilogram.

Kenaikan bahkan sudah terjadi selama sepekan terakhir. Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM di Pasar Bunder Sragen, sejumlah pedagang sembako membenarkan kenaikan harga cabe rawit yang makin ugal-ugalan.

“Hari ini sudah naik lagi jadi Rp 80.000 per kilogram. Naiknya Rp 5.000 sendiri padahal kemarin masih dapat Rp 75.000,” ujar salah satu pedagang cabe di Pasar Bunder, Amir, Kamis (16/12/2021).

Ia menuturkan kenaikan harga cabe rawit jenis sret sudah terjadi dalam satu minggu terakhir.

Harga cabe rawit sret yang dua tiga hari lalu masih berkisar Rp 60.000 sampai Rp 70.000, terus meroket. Kenaikan harga per hari kini bisa mencapai Rp 3.000 sampai Rp 5.000.

Pihaknya tidak mengetahui penyebab pasti meroketnya harga cabai rawit sret atau rawit merah itu.

Yang jelas, pedagang mendapat pasokan dari distributor sudah dalam kondisi harga yang melambung.

“Kalau kita hanya menjual. Kalau belinya sudah mahal, kita jualnya juga mengikuti. Sepertinya barangnya agak kurang sehingga harganya naik tinggi. Tapi dengan harga mahal Rp 80.000 ini kita jadi susah menjualnya. Yang beli makin berkurang,” ujar Sutarmi, pedagang sembako di Tanon.

Selain cabe rawit sret, kenaikan harga juga melanda saudaranya yakni cabe keriting merah. Saat ini harga cabe keriting merah sudah mencapai Rp 40.000 atau separuh rawit.

Padahal sehari sebelumnya masih berada di angka Rp 35.000 per kilogram.
Meroketnya harga cabe rawit membuat konsumen utamanya pemilik warung makan atau kantin, mulai menjerit.

Mbak Ana, penjual di kantin DPRD Sragen juga mengeluhkan mahalnya harga cabe rawit sret saat ini.

Saking mahalnya, ia terpaksa tidak membuat sambal untuk pelengkap dagangan karena harganya tak lagi terjangkau.

“Lha gimana harga cabe rawit sret sudah Rp 80.000 per kilogram. Mau pakai cabe yang lain juga kurang pedas. Terpaksa nggak bikin sambal dulu, nanti kalau harga sudah normal baru buat lagi,” ujarnya.

Kenaikan harga cabe rawit ini terbilang cukup drastis. Sebab dalam kondisi normal harganya biasanya tak lebih dari Rp 20.000 per kilogram. Wardoyo

Exit mobile version