JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Bikin Dunia Tercengang, Ini Start Up Rintisan Putra Sragen Fajar Sidik Abdullah Kelana yang Sukses di Swedia. Disebut Bisa Angkat Kesejahteraan Petani Ikan WKO!

Teknologi start up banoo yang dirintis Fajar bersama beberapa mahasiswa UGM. Foto/UGM.ac.id
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Nama Fajar Sidik Abdullah Kelana, putra asli kelahiran Desa Jati, Sumberlawang, Sragen yang berhasil lulus kuliah dari beasiswa di Swedia dan merintis start up, belakangan viral di media.

Fajar yang lahir dari keluarga janda miskin asal Sumberlawang membuat dunia tercengang dengan start up yang dirintisnya.

Start up yang dirintis ternyata berbasis teknologi perikanan bernama banoo. Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Fajar mengatakan baru dua tahun meniti karier di Swedia selepas menamatkan kuliah dari beasiswa yang diraihnya di
negara yang sama.

“Iya Pak. Nama startup yang kami rintis adalah banoo. Start up itu dirintis saat riset dengan kampus. Start up itu beroperasi di Indonesia,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM melalui pesan WA, Kamis (13/1/2022).

Sementara dari hasil penelusuran JOGLOSEMARNEWS.COM , start up banoo itu ternyata sudah dirintis Fajar saat menempuh studi kuliah di UGM Yogyakarta.

Start-up teknologi perikanan berbasis IoT itu dirintis bersama mahasiswa dan alumni UGM yang kemudian berhasil lolos menjadi finalis MIT Solve Sustainable Food Systems Challenge 2020.

MIT Solve Sustainable Food Systems Challenge 2020 merupakan kompetisi untuk mencari start-up sosial berbasis teknologi terbaik di seluruh dunia.

Teknologi start up banoo yang dirintis Fajar bersama beberapa mahasiswa UGM. Foto/UGM.ac.id

Dalam kompetisi yang diadakan oleh Massaschusetts Institute of Technology itu tim Banoo berhasil menyisihkan 2.600 pendaftar dari 135 negara serta menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia.

Baca Juga :  Geger Warga Sragen Beli Mobil Baru Isi Bahan Bakar Dexlite di SPBU Jetak Sidoharjo Sragen Mesin Langsung Rusak, Komsumen Curigai Jual Dexlite Tidak Asli

Tim Banoo terdiri dari mahasiswa dan alumni UGM yaitu Fajar Sidik Abdullah Kelana ( Alumnus Teknik Mesin 2012), Azellia Alma Shafira (Alumnus Manajemen 2016), Lakshita Aliva Zein (Perikanan 2016), Muhammad Adlan Hawari ( Alumnus Eektronika dan Instrumentasi 2015) dan Fakhrudin Hary Santoso (Alumnus Perikanan 2015).

Dari postingan Azellia, ia menyampaikan pengembangan teknologi perikanan berbasis IoT tersebut dilatarbelakangi keprihatinan mereka akan kondisi budi daya perikanan di Indonesia yang belum maksimal karena sistem budi daya ikan yang masih konvensional dan ekstensif.

Padahal, Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar.

“Inovasi ini bisa membangun ekosistem budi daya perikanan yang lebih efisien, intensif dan inklusif sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan para petani ikan,” jelasnya.

Teknologi yang dikembangkan dapat meningkatkan kualitas air kolam secara otomatis.

Dengan implementasi teknologi tersebut petani dapat memanen ikan dalam jumlah lebih banyak dan waktu yang lebih pendek.

Banoo mampu meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air sehingga pertumbuhan ikan bisa meningkat hingga 40 persen. Selain itu, masa panen ikan pun menjadi lebih pendek tiga bulan,” paparnya.

Dia menjelaskan bahwa Banoo dilengkapi teknologi microbubble generator mampu meningkatkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air.

Baca Juga :  ASN Sragen Mendapatkan Layanan Penukaran Uang Baru dari Bank Indonesia Solo

Lalu, IoT sensor yang bisa secara otomatis menyalakan microbubble generator. Sementara sumber energi memakai panel surya sehingga selain menghemat listrik, Banoo juga bisa dipakai di daerah terpencil yang belum terjangkau listrik.

Cocok Diterapkan di WKO 

Teknologi banoo itu direspon positif oleh tokoh-tokoh di Sragen. Salah satu tokoh pendidikan sekaligus Kepala SMK Pelita Bangsa Sumberlawang, Andi Kusnanto menyebut start up banoo temuan Fajar DKK itu sangat cocok untuk diterapkan di Sragen utamanya bagi petani karamba di Waduk Kedung Ombo (WKO).

Andi Kusnanto. Foto/Wardoyo

Apalagi, selama ini, para petani karamba hampir tiap tahun selalu didera kerugian besar akibat musibah siklus up welling yang menimbulkan kematian ribuan ton ikan di wilayah itu.

“Kami mengapresiasi temuan teknologi start up banoo itu. Karena dari artikel berita yang saya baca di JOGLOSEMARNEWS.COM , ternyata hampir setiap tahun ada fenomena kematian ikan sampai ribuan ton di WKO. Menurut kami, banoo itu bisa menjadi solusi dan sangat cocok diterapkan untuk petani karamba di WKO. Mudah-mudahan petani bisa memanfaatkan teknologi itu sehingga bisa meningkatkan produktivitas serta menekan risiko kematian ikan. Harapannya bisa mengangkat kesejahteraan petani ikan di WKO dan Sragen pada umumnya,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com