JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Sebuah peristiwa alam tengah terjadi, yang mengakibatkan terjadinya peregangan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Peristiwa itu menjadi perhatian serius bagi pakar kegempaan sekaligus Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano.
Ia menjelaskan, peregangan tersebut akibat dari aktivitas tektonik yang membuat Pulau Jawa dan Sumatera menjauh. Bukan diakibatkan oleh bencana alam seperti longsor maupun gempa bumi.
Menurutnya, peregangan terjadi karena adanya aktivitas tektonik yang signifikan di bagian selatan, yakni antara lempeng Australia dan Selat Sunda.
“Dan juga merupakan bukti yang signifikan sesar Sumatera masuk ke Selat Sunda. Ini juga membuktikan wilayah tersebut aktif secara tektonik,” ujar Irwan.
Dia menegaskan terjadinya peregangan Pulau Jawa dan Sumatera ini sudah terjadi lebih dari puluhan ribu tahun yang lalu, dan tidak akan menimbulkan bencana alam gempa bumi maupun tsunami.
Meski demikian, hal itu dapat berimplikasi pada aktivitas gunung anak Krakatau.
“Jadi berkorelasi dengan aktivitas tektonik ini dengan aktivitas magmatik. Tapi kemudian (apakah) akan meletus, tidak,” ujarnya.
Sementara itu, Mbah Rono selaku pengamat vulkanologi mengatakan bahwa pergerakan tersebut terjadi karena terjadinya dorongan imbas adanya gempa.
“Memang sudah pernah terjadi (gempa) dan pasti terjadi lagi, entah kapan, gitu aja. Ya kan ada subduksi, ada dorongan dari Selatan Jawa ke arah utara, dari sebelah barat Sumatera ke arah timur. Itu ada sejak jutaan tahun lalu, sampai sekarang dan masih akan ada lagi selama bumi ini belum kiamat,” dia menegaskan.
Menanggapi hal tersebut, Mbah Rono menekankan lagi untuk meminta masyarakat tidak panik karena peristiwa ini sudah berlangsung sejak jutaan tahun.
Mantan kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu menambahkan, aktivitas gunung anak krakatau akan terus terjadi lantaran adanya kompleksitas tektonik di Selat Sunda dan pernah terjadi pada Sabtu malam, 22 Desember 2018.
“Bahwa sekarang terus dan akan terus meletus, hal itu karena gunung api muda. Supaya dia besar, dia tinggi dibangun dari letusannya. Bukan tumbuh kayak kecambah, dibiarkan tinggi,” ungkapnya.
“Gunung tinggi harus meletus, supaya material letusannya jatuh di sekitarnya,” Imbuh Mbah Rono. Arlita Andriani