Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Heboh Artis Angkat Boneka Arwah jadi Anak, Wajarkah? Ini Tanggapan Pemerhati Budaya UNS

Potret Ivan Gunawan bersama boneka arwahnya yang akhir-akhir ini menuai banyak sorotan netizen/ Foto: Instagram @ivan_gunawan

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Baru-baru ini jagad dunia maya diwarnai dengan adanya boneka arwah atau spirit doll. Fenomena tersebut mencuat usai Ivan Gunawan menegaskan ia mengadopsi boneka arwah atau spirit doll sebagai anaknya.

Artis sekaligus desainer itu mulai aktif memposting foto bersama boneka arwahnya ke Instagram. Ia mendapat lebih banyak sorotan ketika memperlakukan boneka arwahnya seperti bayi sungguhan.

Bahkan, public figure yang kerap disapa Igun itu memosisikan dirinya sebagai seorang ayah. Boneka arwah miliknya juga dipakaikan baju bayi, dibuatkan akun Instagram pribadi, hingga diberikan newborn photoshot khusus untuknya.

Lebih mengagetkan di beberapa kesempatan yang terekam kamera, Igun nampak tersinggung jika rekannya menyebut istilah “boneka”. Ia bersikeras bahwa itu adalah “anaknya”.

Tak sedikit netizen Indonesia yang mengaitkan sikap Igun dengan kondisi psikologisnya. Akan tetapi, terdapat pula pandangan yang menghubungkan fenomena tersebut dengan hal-hal berbau mistis.

Sebenarnya apakah tindakan Igun tersebut adalah hal yang lumrah? Lalu bagaimana pandangan ketika seseorang memiliki boneka arwah di Indonesia khususnya di tanah Jawa?

Pemerhati budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tundjung Wahadi Sutirto, berpendapat, fenomena boneka arwah di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru.

Dalam mitologi Jawa, terdapat perilaku supranatural menggunakan media visual seperti boneka untuk berdialog dengan entitas arwah. Masyarakat memang sudah mempercayai boneka arwah sejak lama.

Hasil harmonisasi itulah yang kemudian melahirkan perilaku menghadirkan roh dalam visualisasi diri orang, boneka, atau benda bertuah.

Ia mencontohkan dalam kebudayaan Jawa, boneka yang dipercaya sebagai media mendatangkan arwah adalah Jalangkung. Sementara itu, di daerah lain disebut Nini Thowok atau Nini Thowong.

“Dalam tradisi seni pertunjukkan menghadirkan roh dalam penampilannya banyak dijumpai di Jawa seperti Jathilan, Sintren, Jaran Kepang dan sebagainya,” sebut Tundjung dilansir dari laman uns.ac.id pada Sabtu (8/1/2021).

Jika ditarik ke belakang, adanya boneka arwah ini memiliki sangkut-paut dengan sejarah. Keberadaannya dalam mitologi Jawa erat kaitannya dengan perkembangan animisme dan dinamisme.

Tundjung memaparkan, berbagai khasanah dan pustaka sejarah yang disebutkan sejak zaman Mesolitikum sudah memunculkan kepercayaan terhadap kekuatan roh.

Kemudian, hadirnya paham Hindu-Budha semakin memperkaya kepercayaan terhadap roh yang sebelumnya sudah ada. Hal ini, menurut Tundjung, mendorong manusia untuk hidup dan membangun harmonisasi dengan entitas roh.

Selanjutnya, dosen jurusan Ilmu Sejarah FIB UNS itu menerangkan, boneka arwah dalam kebudayaan Jawa divisualisasikan sebagai manusia.

Oleh sebab itu, boneka arwah memiliki bagian-bagian tubuh layaknya manusia. Jalangkung misalnya terdiri dari kepala yang terbuat dari bathok (tempurung kelapa) atau dari irus (pengaduk sayur). Bagian tangan boneka arwah biasanya dibuat dari kayu yang disilangkan dan diberikan kain untuk bajunya.

“Ada kepercayaan bahwa orang-orang tertentu yang hanya bisa memainkan boneka arwah itu sesuai pemahaman dan kepercayaan masyarakat lingkungannya karena mungkin terbiasa saja bermain boneka arwah seperti Jalangkung itu,” tutupnya. Linda Andini Trisnawati

Exit mobile version