JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menawarkan tiga opsi kurikulum mulai tahun ini hingga 2024.
Hal itu dikarenakan materi yang banyak dalam kurikulum bukanlah hal yang baik. Hal itu mengacu pada data kementeriannya.
“Ini dampak kalau kurikulum menjadi pusat penitipan dari berbagai macam aspek. Jadi tambah gendut. Tapi, jika semakin kecil materi, semakin dalam dan berkualitas pembelajaran anak,” ujar Nadiem ketika menjabarkan hasil evaluasi terhadap Kurikulum 2013.
Selain itu, Kurikulum 2013 dinilai mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengembangan karakter anak, seperti yang disebutkan oleh Anindito Aditomo selaku Kepala Badan Standar, Kurikulum, Asesmen, dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan.
Ia mengungkapkan cara untuk mencapai tujuan pengembangan karakter anak ialah dengan menyederhanakan materi.
“Kompetensi dan materi Kurikulum 2013 menyulitkan guru karena terlalu luas dan banyak,” ujar Anindito dalam rapat kerja Kementerian Pendidikan dengan Komisi bidang Pendidikan, Olahraga, dan Kepariwisataan DPRRI, pada Rabu (19/1/2022).
Kemudian, mempertimbangkan situasi dan kebutuhan satuan pendidik yang berbeda di setiap daerah membuat Kurikulum 2013 yang dirumuskan secara nasional sulit untuk disesuaikan dan diterapkan.
Terlebih lagi, satuan pendidik tidak memiliki keleluasaan untuk mengatur pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender pendidikan. Hal itu dikarenakan satuan jam belajar yang digunakan adalah satuan per minggu.
Poin evaluasi selanjutnya mengenai mata pelajaran informatika yang bersifat pilihan. Padahal kompetensi teknologi sangatlah urgen dimiliki oleh peserta didik abad 21.
Berikutnya mengenai kurangnya kebebasan siswa untuk memilih peminatan yang disebabkan oleh pengotakan jurusan di sekolah IPA, IPS, dan Bahasa.
Bertolak dari hal tersebut, muncullah Kurikulum Darurat yang merupakan wujud penyederhanaan dari Kurikulum 2013.
Kurikulum ini mulai diterapkan pada tahun 2020 ketika pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil evaluasi Kementerian Pendidikan selama satu tahun pandemi, hasil belajar literasi dan numerasi anak lebih apik ketika menggunakan Kurikulum Darurat.
“Kurikulum darurat yang disederhanakan dibanding kurikulum 2013 membuat lebih fokus pada materi dan tidak kejar tayang sehingga dapat menutup learning loss ketika pandemi,” ujar Anindito.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pun menawarkan tiga opsi kurikulum yang dapat diterapkan satuan pendidikan dalam pembelajaran, yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum prototipe.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim mengatakan bagian pertama kurikulum prototipe telah diimplementasikan pada kurikulum darurat.
Kurikulum prototipe terdiri dari beberapa komponen penyederhanaan dan fleksibilitas, sama seperti kurikulum darurat.
“Sudah dilakukan di 36 persen sekolah dan hasilnya recovery atau pemulihan learning loss,” kata Nadiem di DPR pada Rabu (19/1/2022).
Tamara Diva Kamila