“Lha, mau kerja lain juga tidak bisa,” katanya kepada Joglosemarnews.
Setiap hari Poniem harus bangun pagi hari untuk meracik jamunya. Tak banyak-banyak, ia hanya membuat lima botol jamu saja. Dengan jumlah itu pun, terkadang jamunya tidak selalu habis.
“Sehari cuma buat 5 botol, terus nanti jalan kaki ditawarkan keliling. Kalau belum habis, biasanya saya keliling lagi ke kampung yang lain,” ujarnya.
Pendapatan yang ia dapat dri berjualan jamu tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal, setiap bulannya ia harus membayar biaya kontrakan dan listrik.
Terkadang untuk makan saja ia hanya makan sayur-sayuran yang ia masak pagi dan nanti setelah ia pulang berjualan jamu ia makan kembali.
“Ya tidak cukup, mau tidak mau ya harus dicukupkan,” ujarnya.
Melihat hidupnya yang serba pas-pasan, tetangga ikut prihatin dan menaruh iba. Bahkan karena merasa trenyuh, para tetangganya juga sering membagikan masakannya kepada Poniem.
Kadang ketika Poniem sakit tetangganyalah yang mengantarkan ia ke klinik.
“Ya kasihan, kadang ya saya kasih masakan saya, terus kalau sakit ya saya antar ke klinik,” ujar Linda, tetangganya. Selvia Safitri
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :[email protected]
- Kontak : [email protected]