Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Pelestarian Sungai Butuh Daya Tahan Pegiatnya

Kepala DLH Sleman, Dra Epiphana Kristiani MM menyerahkan potongan tumpeng kepada Ketua FKSS AG Irawan disaksikan sejumlah pegiat sungai pada peringatan HUT ke-4 FKSS di bantran Sungai Ngasem, Sembego, Maguwoharjo Depok, Sleman, Selasa (25/1/2022) pagi / Istimewa

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM
Gerakan pelestarian lingkungan khususnya konservasi sungai dan lahan kritis membutuhkan komitmen kuat, daya tahan dan konsistensi para pegiatnya.

AG Irawan dalam rilisnya ke Joglosemarnews menjelaskan, kehadiran komunitas sungai yang berbasis gerakan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai,  menjadi salah satu tumpuan terpeliharanya ekosistem sungai.

Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman Dra. Epiphana Kristiyani, MM saat memberikan arahan dalam Peringatan Hari Ulang Tahun ke-4 Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS) di bantaran Sungai Ngasem, Padukuhan Sembego, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Selasa (25/1/2022) pagi.

“Gerakan pelestarian lingkungan khususnya melestarikan ekosistem sungai membutuhkan komitmen dan konsistensi serta daya tahan para pelakunya. Maka pelibatan semua generasi juga perempuan dalam pelestarian lingkungan sangat penting,” terang dia.

Epiphana juga menegaskan bahwa membuang limbah di sungai diperbolehkan, asalkan telah melalui proses pengolahan yang memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Sehingga aman bagi lingkungan ketika dibuang ke sungai.

“Kita semua semua harus berani dan tegas melarang  industri yang membuang limbahnya ke sungai tanpa pengolahan air limbah yang tepat,” katanya.

“Saat ini saja, jika kita buka kardus makanan yang dibagikan, kita akan melihat berapa potensi sampah yang akan membebani lingkungan. Misalnya plastik pembungkus makanan dan gelas minuman kemasan. Maka, yuk mulai menggunakan daun pisang untuk pembungkus makanan,” tandas Epiphana.

Terkait pelestarian sungai, Dukuh Sembego, Sarjono mengapresiasi kegiatan anak-anak muda di daerahnya yang terus melestarikan sungai.

“Dulu di daerah ini tidak ada yang berani menjamah. Banyak rumpun bambu, semak dan sampah. Bahkan sejumlah ular jenis kobra banyak berkeliaran di sini. Tapi sejak dibersihkan dan ditata, banyak warga yang mulai datang dan mendukung kelestarian bantaran sungai Ngasem,” ungkap dia.

Ketua Komunitas Kali Ngasem Sembego Ifan Ardia merasa senang atas dukungan para pihak terhadap gerakan pelestarian lingkungan yang dimotori anak-anak muda di daerahnya.

“Meski gerakan kami perlahan dan banyak kendala, namun kami senang dengan dukungan dari pemerintah (DLH Sleman) juga teman-teman pegiat sungai dari berbagai wilayah di Sleman,” pungkasnya.
Pada bulan Januari 2022 ini FKSS kembali melakukan pendataan dan verifikasi jumlah komunitas peduli sungai di Sleman.

Saat ini tercatat ada 27 komunitas sungai yang aktif bergiat menjaga ekosistem sungai di 17 sungai di Sleman, empat diantaranya berhulu langsung di Merapi, yakni Sungai Krasak, Boyong, Kuning dan Opak.

Syarat menjadi anggota FKSS, komunitas tersebut harus beranggotakan warga yang tinggal di pinggir sungai, memiliki nama komunitas dan wilayah aktivitas yang jelas batas tapaknya. Hal ini untuk menghindari komunitas yang tidak melibatkan warga setempat dan hanya punya nama namun tanpa aksi nyata. Suhamdani

Exit mobile version