Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Perjuangan Atlet Tenis Asli Wonogiri Amellia Putri Tennizya Vesty, Berbekal Mie Ayam dan Kekurangan Ongkos Bus Sukses Rebut Juara 1 Kejurnas Yayuk Basuki Plus Sabet 40 Penghargaan dan Piala

Atlet tenis

Amel usai berlatih tenis bersama kakeknya. Foto : istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Perjuangan seorang Amellia Putri Tennizya Vesty untuk menjadi atlet tenis yunior seperti sekarang ini sangat panjang. Perlu perjuangan berdarah-darah yang tak banyak diketahui orang.

Gadis cilik berusia 11 tahun yang akrab disapa Amel ini merupakan atlet tenis asli Wonogiri. Dia dilatih Gunawan Dwi Cahyo (62), kakeknya sendiri.

Gadis cilik itu memang sejak kecil sudah menempel dengan kakek dan neneknya. Apalagi sang ayah sudah menghadap Yang Maha Kuasa terlebih dahulu. Amel pun lebih dekat dengan kakek dan neneknya. Termasuk mengikuti kakeknya yang merupakan pelatih ternis bersertifikat melatih anak didiknya. Raket dan bola tenis sudah dikenal Amel sejak kecil.

“Dulu waktu TK sudah pegang raket tenis,” kata siswi kelas VI SD Negeri 4 Wonogiri tersebut baru-baru ini.

Keluarga Amel memang gila tenis. Mulai dari kakek, nenek, ibu dan pamannya suka bermain tenis. Di dalam namanya juga seakan terdapat unsur tenis, “Tennizya”.

Perjuangan Amel untuk mendapatkan prestasi tak didapat begitu saja. Tiap hari, dia berlatih di lapangan tenis yang ada di Komplek GOR Giri Mandala saat tidak ada yang memakai lapangan itu.

Sang kakek juga menyadari bahwa latihan bagi atlet muda tak bisa disamakan dengan atlet dewasa. Perlu ada perlakuan khusus sehingga mencegah cucunya dari cedera permanen. Porsi latihan disesuaikan dengan kemampuan sang cucu.

“Nggak capek sih tiap hari latihan. Sudah suka sama tenis,” kata Amel mantap.

Meski Amel bersemangat mengikuti sejumlah kejuaraan, Gunawan mengakui ada sejumlah keterbatasan yang harus dirasakan Amel. Misalnya, Amel dan dia harus tidur di dalam mobil karena Gunawan tak memiliki uang lebih untuk menyewa penginapan.

“Satu kali kejuaraan bisa keluar Rp 4-6 juta. Kan kalau kejuaraan berlangsung beberapa hari. Jujur saja berat, wong saya juga sudah pensiun. Ya waktu itu tidur di dalam mobil saja,” kata Gunawan.

Pernah juga waktu kejuaraan di Surabaya. Naik bus. Uang saya tinggal cukup untuk satu orang penumpang. Saya waktu itu nego sama agen busnya, sambil saya perlihatkan piagam sama piala Amel. Akhirnya boleh naik, kebetulan busnya nggak banyak penumpang. Turun Solo dijemput anak saya,” imbuh Gunawan.

Termasuk untuk urusan perut, ada keterbatasan yang dialami Amel. Pernah suatu ketika peserta kejuaraan tenis lain memesan makanan-makanan enak dan mahal. Namun karena tak memiliki Gunawan mengajak cucunya keluar penginapan dan hanya memakan mie ayam. Sederhana dan Amel pun tetap bersemangat. Saat ditanya apakah tidak kepengin seperti teman-teman lainnya yang memakan makanan mahal, Amel hanya tersipu saja.

Di pertengahan bulan depan, ada kejuaraan tenis di Yogyakarta. Gunawan mengaku masih belum memiliki ongkos untuk mengikutkan cucunya. Dia pun kini masih mencari sponsor dan ayah asuh bagi Amel. Selain itu, dia juga berharap ada perhatian yang diberikan dari pemerintah.

Yang jelas, saat ini Amel masih bertekad untuk mematangkan bakatnya. Berlatih bersama kakeknya, memukul ratusan bola tenis di GOR Giri Mandala.

Di usia yang masih belia, Amel sudah menunjukkan taringnya sebagai bibit atlet potensial. Buktinya ada di piagam penghargaan yang dimilikinya. Piagam itu disimpan rapi di sebuah stopmap. Totalnya ada 44 piagam, kejuaraannya tunggal dan ganda putri. Tentu piagam yang hilang tak masuk dalam hitungan.

Bukti lainnya adalah medali-medali yang disimpan di rumah kakek dan neneknya. Bersama sejumlah trofi kejuaraan milik amel dan keluarga besarnya yang terpajang di bagian depan rumah. Sejumlah foto saat mengikuti kejuaraan tenis juga tercetak di spanduk yang ada di teras rumah kakek dan neneknya.

Termasuk foto bersama legenda tenis Indonesia dengan sebutan “Forehand Bazooka” Yayuk Basuki saat menyabet juara 1 tunggal dan ganda putri kelompok umur 10 tahun dalam Kejuaraan Nasional Tenis Yunior Yayuk Basuki VI 2019 lalu.

Sejak 2017 lalu, ketika masih berusia tujuh tahun, Amel mulai mengikuti kejuaraan. Kini sudah tak terhitung berapa kejuaraan yang diikutinya, mulai dari kejuaraan nasional hingga kejuaraan internasional yang diikutinya.

Contoh kejuaraan internasional yang dijuarai oleh Amel adalah 37th Widjojo Soejono International Junior Tennis Championship grade 5. Kejuaraan itu digelar di Makodam V Brawijaya Surabaya Tennis Court.

“Yang paling berkesan pas Piala Yayuk Basuki. Pas main ganda putri, pasangannya teman dari Pati. Waktu itu musuhnya dari Bandung. Ketinggalan 6-0 terus bisa imbang, habis itu menang,” kata Amel. Aris

Exit mobile version