Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Subhanallah, Dari Jerih Payah Jasa Reparasi Sepatu, Siti Daimah Berhasil Entaskan 4 Orang Anaknya

Siti Daimah sedang menjahit sepatu milik pelanggan / Foto: Efa Yunita Sari

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Demi membantu suami agar dapur tetap bisa mengepul Siti Daimah rela datang dari desa asalnya di Tuban, Gondangrejo Karanganyar.

Ya, Siti Daimah setiap hari harus naik bus dari rumahnya di Gondangrejo Karanganyar ke Pasar Gemolong, Sragen. Di pasar itulah, Siti Daimah menjual jasa mereparasi sepatu.

Pagi sekitar pukul 06.30 WIB, setelah membereskan semua pekerjaan rumah dan sarapan, ia naik bus ke Pasar Gemolong, yang jaraknya sekitar 9,4 kilometer.

Di pasar Gemolong, tepatnya di depan sebua gerai ponsel, di situlah Siti Daimah menggelar alas seadanya untuk duduk dan menggelar peralatannya.

“Bekerja sebagai apapun, kalau sudah diniatkan untuk mencari rezeki yang halal, maka rezeki tak akan ke mana,” ujar Siti Daimah.

Prinsip ituah yang membuat tekad Siti Daimah sekeras baja untuk rajin bekerja dan selalu dianugerahi kesehatan.

Berkat keyakinannya yang kuat bahwa rezeki sudah diatur oleh Yang Di Atas, maka Siti Daimah tak pernah berpindah-pindah tempat sampai hampir 20 tahun ini.  Ia tetap setia dan percaya bahwa rezekinya memang ada di Gemolong. Dan, kepercayaannya terbukti benar, karena setiap hari,selalu saja ada orang yang menjahitkan sepatunya.

“Biasanya orang-orang yang datang memperbaiki sepatu atau sandal menunggu satu hari atau lebih, tergantung tingkat kerusakannya,” ujarnya kepada Joglosemarnews.

Ia tak terlalu mahal mengutip jasanya. Setiap sepatu ia hargai Rp 5.000,00 untuk kerusakan ringan, seperti mengelem sampai membenarkan jepit. Sementara untuk kerusakan parah, seperti menjahit sol, ia pasang harga  Rp 10.000.

Pendapatan dari bekerja menjual jasa seperti itu, jelas tak bisa ajek. Jika kondisi sedang ramai, ia mendapatkan order reparasi 10 hingga 20 pasang sepatu. Jika suasana lagi sepi, paling ia hanya mendapatkan 5 hingga 6 pasang sepatu saja untuk diperbaiki.

Jika hari sudah sore, sekitar pukul 16.00 WIB, Siti Daimah harus sudah pulang, karena pekerjaan di rumah sudah menunggu.

“Kalau pekerjaan belum selesai, sepatu saya bawa ke rumah untuk saya lembur,” ujar dia.

Selain menerima order perbaikan sepatu, Siti Daimah juga membeli sepatu dan sandal dari rongsok kemudian ia perbaiki untuk dijual kembali, syukur-syukur ada yang membelinya.

 

“Itu saya jual Mbak, Saya belinya di rongsok. Kadang laku, kadang juga tidak,” kata Siti Daimah.

Kalau sudah rezeki, tak akan lari ke mana-mana. Prinsip itulah ditambah dengan keikhlasan yang selalu menuntun Siti Daimah hingga berhasil mengentaskan anak-anaknya.

Dari perkawinannya dengan suaminya, Siti Daimah dikaruniai lima orang anak. Sayang sekali, anak pertama meninggal.

Sementara itu, tiga orang anakya sudah berkeluarga, sedangkan anak bungsu sudah bekerja, namun belum berkeluarga.

Suaminya kini tengah sakit dan sudah tidak bekerja lagi. Untung saja, rumah anak-anaknya berdekatan satu sama lain, sehingga ada yang menemani ayahnya ketika Siti Daimah bekerja.

Meski anak-anaknya sudah pada bekerja, bukannya pekerjaan Siti Daimah selesai. Ia sadar betul bukan pegawai negeri yang memiliki pensiun.

Karena itulah, ia akan terus dan terus bekerja menjual jasa reparasi sepatu, sampai benar-benar raganya tak kuat lagi bertahan. Entah sampai kapan. Efa Yunita Sari

Exit mobile version