Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Waspadai Kasus TBC di Indonesia Nomer 2 di Dunia, Waspadai Batuk-batuk yang Tak Kunjung Sembuh

Sosialisasi bahaya TBC yang diselenggarakan oleh Rotary di Solo. Foto: JSNews/Ando

 

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM -Seperti diketahui kasus penyakit TBC di Indonesia menempati urutan nomer 2 di dunia. Hal tersebut yang kemudian sekarang menjadikan perhatian Pemerintah Kota Surakarta dalam penemuan kasus TBC.

“Itu kan tidak bisa ditangani oleh pemerintah itu sendiri. Sehingga kita harus menggandeng seluruh stakeholder yang ada. Tidak terkecuali Rotary ini untuk berkontribusi khususnya dalam penemuan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan, Siti Wahyuningsih, Jumat, (28/1/2022) kemarin.

Dikatakannya, penyakit TBC dapat tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kondisi lingkungan yang kurang memadai. Seperti di antaranya rumah yang lembab dan minim ventilasi.

“Kesadaran masyarakat saat ini kan kurang. Makanya ini kita adakan sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat.

Kalau pengobatan, Insha Allah faskesnya sudah siap. Tapi kita harus meningkatkan temuan siapa tahu itu ada fenomena gunung es. Penyakit menular itukan fenomena gunung es, yang muncul sedikit, tapi yang dibawah banyak,” katanya.

Diterangkan Siti Wahyuningsih, dari target 292 kasus temuan penderita penyakit TBC. Tahun lalu baru ditemukan sekitar 238 kasus. “Jadi temuan ini perlu kita tingkatkan. Sehingga ketika kasus ditemukan, langsung diobati agar tidak terjadi resistensi. Hal tersebut terjadikan karena selama hampir 2 tahun ini kita pasif, masyarakat juga takut ke faskes,” terangnya.

 

Namun, Siti Wahyuningsih berharap dengan adanya budaya memakai masker saat pandemi ini dapat sebagai sarana menghambat penularan TBC..

“Masyarakat kita itu kan kalau belum mengalami gejala belum mencari pertolongan. Padahal bisa saja kumannya sudah masuk di tubuh kita. Mungkin waktu covid ini banyak minum vitamin, jadi mungkin tertutup, silent TBC,” paparnya.

Siti Wahyuningsih meminta masyarakat untuk mewaspadai gejala-gejala berikut seperti batuk 2 minggu tidak sembuh-sembuh, seriang meriang pada sore hari, muncul keringat dingin, dan tubuh makin kurus.

“TBC itu kan sudah digelorakan lama, tapi begitu ada covid pikiran kita terlena. Makanya ini kita kolaborasi dengan seluruh kekuatan. Rotary inikan jaringannya juga banyak, sehingga dapat banyak membantu,” kata Siti Wahyuningsih.

Sementara itu Presiden Rotary Club of Solo Kartini, Santi Lim, mengutarakan pihaknya mengundang sebanyak 70 peserta dari berbagai organisasi di Solo untuk mendapatkan edukasi penanggulangan penyakit TBC.

Di mana menghadirkan narasumber/pembicara yaitu Wakil Ketua PPTI wilayah Provinsi Jateng Dr. Kus Sularso, dan Dr. Jatu Aphridasari, spesialis paru dan konsultan yang fokus di TBC.

“Harapannya supaya generasi muda kita itu lebih sadar. Pemilik- pemilik usaha juga lebih sadar terhadap kesehatan para karyawannya. Lalu yang datang kesini bisa mensosialisasikan kepada lingkungan sekitarnya akan tbc yang ternyata sudah 140 tahun,” pungkas Santi Lim. (Ando)

Exit mobile version