SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah heroik Tili (35), pria asal Sragen yang berhasil menaklukkan dan menyelamatkan buaya berkalung ban berukuran 4 meter di Palu, Sulawesi Tengah, menguak kisah haru.
Kepergian Tili merantau di Palu hampir 12 tahun, membuat keluarganya terpaksa harus menahan rindu. Sebab selama itu pula, Tili nyaris hilang kontak dan tak pernah pulang menengok keluarga.
Tak ayal, sejak kemunculannya yang membuat gempar dengan menaklukkan buaya raksasa yang terkekang ban di Palu, keluarga sangat berharap Tili bisa segera ingat dan pulang ke kampung halaman.
“Le Tili ndang mantuk ya Le. Mbak karo simbok wes kangen banget karo kowe le (Tili cepat pulang ya nak. Mbak dan ibu sudah kangen banget sama kamu),” ujar Tarumi, kakak kandung Tili kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (17/2/2022).
Tarumi menuturkan rasa kangennya dan keluarga memang tak terbendung. Sebab selama hampir 12 tahun merantau, adiknya tak pernah memberi kabar atau pulang ke kampung.
“Pinginnya Tili cepat balik Mas. Udah lebih dari 7 tahun nggak pulang,” imbuh Tarumi.
Sang ibu, Waginem (70) yang tinggal di Dukuh Pondok Rt 19, Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen menuturkan Tili yang bernama asli Paiman atau sering dipanggil Mantili meninggalkan kampung halamannya sudah hampir 12 tahun lalu.
Saat itu ia memutuskan merantau dan kemudian hidup bersama sang istri di Palu.
Waginem menyampaikan sosok Tili yang berhasil menangkap buaya kalung ban di Palu sempat membuatnya kaget.
Pasalnya sejak pertama kali meninggalkan kampung, Tili sudah bertahun-tahun tidak ada kabar dan tidak pernah pulang kampung.
“Iya kaget Mas. Sudah tahun- tahunan hampir 12 tahun tidak pernah pulang. Ini malah dapat kabar bahwa di perantauan sana menangkap buaya terus banyak orang yang membicarakan Tili sampai warga sini di HP ada gambar Tili anakku,” tutur Waginem terharu.
Menurut Waginem, Tili sejak kecil sudah terbiasa menyatu dan bersahabat dengan alam. Bahkan Tili yang sejak kecil hidup di desa tidak mau bersekolah lebih memilih aktivitas sehari-hari di alam atau di hutan.
Menangkap hewan, bermain di sungai hingga berburu burung di hutan menjadi kebiasaannya semasa tinggal di desa.
“Iya kalau berhasil nangkap hewan seperti itu udah gak kaget lagi Mas. Tili sejak kecil suka bermain di sungai dan cari burung di hutan. Sudah biasa nangkap berbagai jenis hewan, bahkan Tili dulu nggak mau sekolah,” bebernya.
Walau tidak menamatkan bangku SD, sosok Tili rupanya juga tidak pernah menyusahkan orang tua.
Waginem menyebut putranya itu selalu membantu orang tua mencari kebutuhan hidup sehari-hari di hutan.
“Kadang kalau gak pingin makan sayur bayem dia selalu cari ikan di sungai,” ujar Waginem.
Rasa bangga dan kangen diungkapkan langsung oleh kakak kandung Tili Tarumi. Ia berharap Tili bisa segera pulang kampung dan bertemu kembali dengan keluarga.
Sementara itu, Sekretaris Desa Kandangsapi, Ari membenarkan sosok Tili pawang buaya di Palu adalah warganya.
“Iya benar. Dia namanya Tili, warga desa kami. Dia kelahiran Dukuh Pondok RT 19, Kandangsapi, Jenar,” jelasnya.
Sekdes menuturkan Tili sudah lama merantau ke Sulawesi tepatnya di Palu Sulawesi Tengah.
Dari keterangan warga, ia sudah lebih dari 10 tahun meninggalkan kampung halaman demi mengais dan merubah hidupnya di pulau Celebes.
“Istrinya orang sana (Palu) dan sudah menetap lama di Palu. Yang tinggal di sini hanya ibunya. Mbah Waginem Ceblong,” tutur Ari. Wardoyo