SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Desa Plupuh, Kecamatan Plupuh ternyata memendam potensi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang makanan olahan.
Sejak berpuluh tahun, desa ini ternyata menjadi salah satu sentra produksi makanan ringan marneng. Tercatat ada belasan perajin UMKM yang memproduksi makanan dari bahan jagung digoreng tersebut.
Tak dinyana pula, marneng buatan Plupuh tak hanya merajai pasar lokal namun sudah terkenal dan melanglang buana hingga luar Jawa.
Kades Plupuh, Setu Startiyanto mengatakan ada 14 perajin marneng di desanya yang menjalankan usaha sejak puluhan tahun silam. Mereka menjalankan usaha marneng melalui home industri yang dikerjakan di rumah masing-masing.
Para perajin marneng itu bahkan sudah memiliki Paguyuban Guyub Rukun dan koperasi yang mewadahi kepentingan para perajin. Sentra produksi marneng itu terpusat di Kebayan 3 Desa Plupuh.
“Sebenarnya jumlah riilnya lebih dari itu. Cuma yang sudah tergabung dalam paguyuban ada 14 perajin. Ada 3 atau 4 perajin yang belum bergabung. Usaha marneng itu sudah puluhan tahun. Mayoritas justru dari kalangan muda yang ingin berwirausaha,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (27/2/2022).
Setu menguraikan home industri marneng di desanya muncul karena kreativitas para perajin.
Selama ini, mereka mendapat bahan baku jagung dari lokal maupun dari luar Sragen utamanya dari Grobogan atau Purwodadi. Dengan adanya paguyuban dan koperasi, membuat para perajin bisa kompak dan eksis hingga puluhan tahun.
“Tiap 3 bulan sekali ada pertemuan membahas terkait permarnengan dan bagaimana memajukan usaha. Selama ini Alhamdulillah lancar. Cuma akhir-akhir ini agak terkendala harga minyak goreng yang mahal,” urai Kades.
Lebih lanjut dijelaskan, rata-rata home industri marneng di desanya memproduksi di atas 1 kuintal marneng setiap hari.
Produknya dijual ke beberapa daerah baik lokal maupun luar daerah. Bahkan marneng Plupuh sudah memiliki pangsa pasar dan banyak dipesan hingga luar Jawa.
“Penjualannya sampai di Papua, Bali bahkan Sumatera. Kebetulan banyak warga kami yang merantau di luar Jawa. Nah mereka di sana sebagian ikut memasarkan. Marnengnya dikirim dari sini, lalu dijual teman-teman perantauan itu,” jelasnya.
Sejauh ini, marneng yang diproduksi baru jenis asing gurih dan pedas manis. Ke depan, ia berharap bisa berinovasi rasa dan bisa berkembang merambah produksi popcorn.
Saat ini, pihak Pemkab bersama perajin baru mengajukan ke dinas terkait agar bisa mendapatkan pelatihan inovasi marneng.
Dengan inovasi rasa dan produk, ia meyakini ke depan prospek makanan tradisional marneng itu bisa makin berkembang.
Merajai Sampai Papua
Salah satu perajin marneng yang terkenal di Plupuh, Sunardi (52) mengaku sudah lebih 20 tahun menggeluti usaha produksi marneng.
Selama ini, ia ditopang 2 karyawan penggorengan dan sekitar 8 orang dari keluarga yang terlibat dalam pengemasan.
Marneng produksinya dibanderol dengan merek sesuai namanya yakni Marneng Sunardi. Citarasa yang diproduksi ada dua jenis yakni gurih asin dan pedas manis.
“Selama ini, kami melayani pasar lokal tapi juga banyak kita kirim sampai Papua. Permintaan dari luar Jawa cukup tinggi. Biasanya nanti kuintalan yang kita kirim ke luar Jawa, kirimnya pakai jasa ekspedisi,” ujarnya.
Untuk harga, perkilo marneng dijual antara Rp 14.500 sampai Rp 15.500. Selain melayani partai besar, marnengnya juga diproduksi dalam kemasan kecil. Wardoyo