Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Geger Desa Wadas, Gubernur Ganjar Ternyata Hanya Temui Warga yang Setuju Pengukuran, Warga Penolak Dibiarkan Kecewa

Poster penolakan tambang batu terpasang di dinding rumah warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022). Diketahui, pada Selasa (8//2/2022) kemarin 63 orang khususnya 56 warga Wadas ditangkap aparat kepolisian. Para warga yang ditangkap adalah mereka yang bersikeras menolak lahannya dibebaskan untuk penambangan batu andesit. Luas tanah yang akan dibebaskan mencapai 124 hektar. Batu andesit yang ditambang dari Desa Wadas ini sedianya akan digunakan sebagai material untuk pembangunan Waduk Bener yang lokasinya masih berada di Kabupaten Purworejo. Foto: Republika

PURWOREJO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo didampingi Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi mengunjungi desa Wadas Purworejo. Di tempat itu Ganjar menemui sejumlah warga Desa Wadas yang sudah setuju dilakukan pengukuran rumah atau tanah mereka.

Uniknya, sejumlah warga yang ditemui sudah memakai name tag kuning bertuliskan ‘WARGA’. Ganjar menemui beberapa warga di pelataran Masjid Al Hidayah. Tempat ini merupakan satu dari dua titik kumpul pusat polisi di Desa Wadas, selain Masjid Krajan, lokasi penangkapan puluhan warga Desa Wadas.

Sejumlah warga yang telah setuju pengukuran dan berkesempatan hadir terlihat senang bisa bertemu dengan Ganjar. Mereka diberikan kesempatan untuk berbincang dan berfoto dengan Ganjar.

Ganjar berpesan agar warga senantiasa menjaga kerukunan karena berita di luar simpang siur. Ia mengaku, hari ini datang ke Desa Wadas didampingi Bupati, Kapolda, Kapolres dan rombongan untuk melihat secara langsung lokasi.

Kepada warga yang sudah berkenan diukur tanahnya, ia menjanjikan akan segera diselesaikan segala urusannya. Ganjar meminta warga yang sudah berkenan diukur nanti tidak menggunakan uang untuk membeli barang-barang mewah seperti mobil.

“Jangan pakai beli mobil, dipakai untuk usaha biar bagus. Kemudian, relasi antarwarga biar tidak terpceah, maka komunikasinya biar bagus, hormati semua pihak,” kata Ganjar, Rabu (9/2/2022).

Ganjar mengklaim, sempat ditelepon mantan bupati Kebumen menanyakan berita kekerasan yang menimpa ibu-ibu di Desa Wadas. Bahkan, mendapat telepon dari Menko Polhukam, Mahfud MD, agar dilaporkan kunjungan lapangan ini pada Rabu sore.

“Insya Allah kita akan selesaikan dengan cepat. Tadi kalau kita itung-itung kemungkinan sehari bisa selesai. Kodam juga mendampingi, mudah-mudahan bisa diselesaikan dan BPN kerjanya lebih cepat sehingga tidak ada isu-isu beredar,” ujar Ganjar.

Ia menambahkan, puluhan warga yang ditangkap polisi akan dibebaskan agar tidak terjadi simpang siur. Sayangnya, setelah itu Ganjar tidak melanjutkan kunjungan ke Masjid Krajan, lokasi penangkapan warga karena langsung meninggalkan lokasi.

Seorang warga yang berbincang dengan Ganjar, Siti Rodiyah, turut mengungkapkan harapan ada kejelasan sesegera mungkin tentang tanah mereka. Sehingga, uang ganti rugi yang mereka terima bisa cepat dimanfaatkan untuk keperluan yang lain.

Rodiyah sendiri memiliki tanah warisan dari orang tuanya sekitar 1.000 meter dan selama ini dimanfaatkan untuk berkebun seperti pete dan kelapa. Ia berharap, tanah yang dimiliki nanti bisa lebih bermanfaat untuk kepentingan umum.

“Kalau sudah jadi untuk kepentingan umum, biar bermanfaat, uangnya mau saya bagi ke anak cucu dan buat usaha,” kata Rodiyah.

Berbanding terbalik, sejumlah warga yang menolak pengukuran tampak lesu lantaran tidak ditemui Ganjar dan tidak bisa menyampaikan keluh kesah selama ini. Meski begitu, sebagian besar memilih melanjutkan aktivitas atau kembali ke rumah.

“Berarti ketemunya yang setuju saja ya,” kata salah seorang ibu rumah tangga yang sedang memotong bambu apus di depan teras bersama ibu-ibu lain.

Sebagai informasi, ibu-ibu di Desa Wadas sendiri memang terbiasa membawa pisau-pisau kecil untuk memotong bambu apus sebagai bahan pembuatan besek. Mereka biasanya berkumpul di teras salah seorang warga untuk mengerjakan bersama-sama.

Selain itu, bapak-bapak di Desa Wadas terbiasa pula membawa alat-alat potong seperti arit. Pasalnya, sebagian besar memang berprofesi sebagai petani atau pekebun sehingga kesehariannya memang membawa arit untuk memotong tanaman.

Exit mobile version