WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Ratusan perawat dan bidan di Jateng meninggal dunia terpapar virus Corona.
Jumlah tersebut merupakan akumulasi sejak awal pandemi Covid-19 melanda, jumlah didapat dari perhitungan pengurus Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPW PPNI) Jateng dan Ikatan Bidan Indonesia Jateng.
Tercatat selama pandemi Covid-19, sebanyak 102 orang perawat dan bidan di Jateng gugur usai terpapar Covid-19.
Perinciannya adalah 60 orang perawat dan 42 orang bidan yang meninggal.
Ketua DPW PPNI Jateng Kurnia Yuliastuti mengatakan, perawat termasuk garda terdepan dalam memerangi Corona. Berdasarkan datanya, ada puluhan orang perawat di Jateng yang meninggal dunia usai terpapar Covid-19.
“Di Jateng ada 60 orang yang meninggal usai terpapar Covid-19,” ujar dia usai pelantikan pengurus PPNI dan IIBI Wonogiri di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Rabu (23/2/2022).
Kurnia menambahkan, 60 orang perawat yang meninggal dunia itu adalah perawat yang berada langsung di garda terdepan. Misalnya, mereka yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien di ruang isolasi, IGD dan sebagainya.
“Tapi yang terdampak tidak terhitung. Misalnya, ada yang tidak bertugas di ruang Covid-19 tapi di polikliniknya. Tapi dia meninggal, itu tidak kami hitung bagian dari pandemi. Yang perang langsung memberikan pelayanan (kepada pasien Covid-19) 60 orang itu yang meninggal,” terang dia.
Kurnia menambahkan, perawat pertama yang meninggal usai terpapar Covid-19 terjadi pada awal pagebluk lalu. Pemakaman perawat itu pun sempat mendapatkan penolakan.
Sementara itu, Ketua Pengurus Daerah IBI Jateng Sumarsih mengatakan sejak awal pandemi Covid-19 pihaknya mencatatkan 42 orang bidan yang meninggal dunia usai terpapar Covid-19.
Separuh diantaranya meninggal dunia saat mengganasnya varian Delta beberapa waktu lalu.
“Dari 42 orang yang meninggal, 21 orang meninggal dunia pada Juli tahun lalu. Saat itu kasus Delta meningkat,” kata dia.
Atas adanya hal itu juga PPNI dan IBI Jateng meminta adanya perhatian lebih kepada perawat dan bidan. Terutama bagi perawat dan bidan yang statusnya adalah tenaga honorer.
Sumarsih menambahkan, saat kasus Covid-19 melonjak beberapa waktu lalu, banyak bidan yang bekerja selama 24 jam. Alasannya tidak ada bidan lain yang menggantikan pelayanan.
“Yang mau menggantikan terpapar Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri. Jadi seperti itu perjuangan teman-teman kita,” kata Sumarsih.
Bidan, imbuh Sunarsih, tak hanya mereka yang bertugas di runah sakit saja. Namun ada pula bidan yang bertugas untuk mengunjungi pasien yang menjalani isolasi mandiri. Aris