![IMG-20220205-WA0119](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2022/02/IMG-20220205-WA0119.jpg?resize=640%2C480&ssl=1)
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi meminta petani untuk menggunakan pola pemupukan berimbang.
Selain menghemat pengeluaran, pola pemupukan berimbang itu juga untuk menyiasati kebutuhan pupuk bersubsidi yang kondisinya memang tidak bisa memenuhi kebutuhan petani.
Hal itu disampaikan saat menjawab keluhan salah satu Ketua Gapoktan, Didik Sunardi, saat forum dialog dengan komisi IV DPR RI di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Sabtu (5/2/2022).
“Satu hektare satu ton pupuk kimia itu boros dan nggak bener,” papar Suwandi.
Di hadapan jajaran Komisi IV, Bupati Sragen, pejabat dinas pertanian Provinsi dan Sragen serta para perwakilan petani yang hadir, Suwandi kemudian meminta bahwa pemakaian pupuk kimia yang terlalu boros itu sangat berbahaya bagi struktur tanah.
“Bahaya itu kalau 1 ton untuk 1 hektare. Tanah bisa rusak unsur haranya,” urainya.
Sebaliknya, ia meminta petani mulai menggunakan pola pemupukan yang berimbang.
Ia mengklaim dari Holding Pupuk Indonesia sudah mengenalkan metode untuk mengukur kondisi tanah dan menghitung komposisi kebutuhan pupuk yang tepat dan berimbang.
“Di Sukoharjo itu, kebutuhan Urea 1 hektare satu musim tanam hanya 25 kilogram. Nggak percaya silakan datang ke Bendosari Sukoharjo,” katanya.
Suwandi menyebut di Sukoharjo itu, petani sudah menerapkan pemupukan berimbang. Di mana kebutuhan Urea per hektare per musim tanam hanya 25 kilogram saja.
“Sisanya pakai kompos. Kalau satu hektare satu ton pupuk kimia itu sangat bahaya. Nanti tanah bisa rusak. Unsur C organiknya rendah. Bahaya itu,” tandasnya. Wardoyo