YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Radius bahaya Gunung Merapi mengalami pemutakhiran yang jaraknya lebih jauh dari sebelumnya.
Perubahan radius bahaya itu terjadi pada sektor selatan-barat daya dengan jarak maksimal 5 dan 7 kilometer.
Sektor tersebut meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer. Kemudian, Sungai Bedog, Krasak dan Sungai Bebeng sejauh 7 kilometer.
Sebelumnya, radius bahaya hanya berjarak 5 kilometer saja.
“Jadi, kami memodelkan dengan data topografi terbaru. Pemodelan dengan faktor topografi itu sangat mempengaruhi sehingga ketika sudah ada pemodelan baru, ada perubahan radius bahaya sedikit lebih panjang,” ucap Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam konferensi pers secara daring, Jumat (11/2/2022).
Dia menjelaskan, apabila kubah lava barat daya longsor secara masif, maka akan menimbulkan awan panas guguran ke sungai-sungai yang terdekat.
“Jarak luncur awan panas guguran dari puncak gunung ke Sungai Bedog, Bebeng dan Krasak itu berpotensi sejauh maksimal 6,3 Km dan Sungai Boyong 3,9 Km,” ungkapnya lagi.
Lebih lanjut dikatakan, apabila kubah lava tengah longsor secara masif, maka awan panas guguran ke arah Sungai Gendol mencapai jarak 5 Km dan Sungai Woro sejauh 3 Km.
Dengan alasan tersebut, potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 Km.
Namun, untuk Sungai Bedog, Sungai Bebeng dan Krasak maksimal sejauh 7 Km.
“Di sektor tenggara masih sama. Potensi bahaya ke Sungai Woro maksimal 3 Km dan Sungai Gendol 5 Km,” terangnya.
Meski ada penambahan radius bahaya, Hanik menegaskan, status aktivitas Gunung Merapi masih ditetapkan dalam tingkat siaga.
Hanik menyampaikan, dari hasil pengamatan drone pada 8 Desember 2021, kubah lava barat daya memiliki volume 1,7 meter kubik dengan laju terakhir 5 ribu meter kubik per hari.
Sementara, kubah lava tengah kawah memiliki volume 3 juta meter kubik dengan laju terakhir 2 ribu meter kubik per hari.
Kedua kubah lava masih tampak aktif yang ditunjukkan dengan kepulan asap vulkanik dan perkembangan volumenya.
“Ekstrusi magma kubah lava barat daya lebih intensif namun tubuh kubah berkembang tidak signifikan karena material baru dominan langsung longsor menjadi guguran lava maupun awan panas,” paparnya.
“Sampai saat ini, belum ada data yang lebih baru karena kendala cuaca, ya” tambah Hanik.
Dilanjutkannya, kubah barat daya terutama di sisi kiri bagian atas masih mengalami perubahan morfologi. Pada area ini, morfologi selalu berubah akibat aktivitas ekstrusi yang langsung meluncur sebagai awan panas maupun guguran.
Sedangkan, kubah lava tengah masih mengalami pertumbuhan, terutama di sektor baray daya dengan laju yang rendah.
“Kondisi morfologi tebing lama relatif stabil,” tandasnya.