Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Ustadz Khalid Basalamah Minta Maaf, Bendahara Pepadi Jateng: Kalau Dicubit Merasa Sakit, Ya Jangan Mencubit!

Ki Medhot Sudarsono. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bendahara Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Tengah, Ki Medhot Sudarsono mengaku tidak terlalu menyoal permintaan maaf yang disampaikan ustadz Khalid Basalamah terkait ucapannya soal pemusnahan wayang karena dianggap haram.

Namun, ia menilai ada pembelajaran penting yang harus dipahami dari kasus ceramah ustadz Khalid yang belakangan menuai kegaduhan itu.

Yakni sikap tenggang rasa atau tepa sekira hendaknya harus tetap dikedepankan. Sehingga menghindarkan kita dari hal-hal yang menyakiti atau meresahkan orang lain.

“Memberi maaf ke siapa pun yang minta maaf kan hukumnya wajib. Okelah tetap kita maafkan. Tapi di sini ada satu pelajaran bahwa kita orang Jawa itu ada ungkapan tepa selira. Nek kowe kroso loro dijiwit ya aja njiwit. Artinya kalau dicubit masih merasa sakit ya jangan mencubit yang lain. Biar tidak menimbulkan rasa yang kurang enak,” ujarnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (20/2/2022) malam.

Salah satu dalang senior asal Sragen itu menilai jika semua bisa menjaga sikap tepa selira, akan bisa menjaga bangsa Indonesia dalam keadaan damai, rukun dan sejahtera.

Sehingga seni budaya juga tetap lestari. Termasuk seni wayang, yang selama ini sudah diakui sebagai warisan budaya oleh dunia.

“Eman-eman lah, wayang yang sudah diakui oleh UNESCO kok mau dimusnahkan. Pertanyaan saya wayang kok mau dimusnahkan, apa salahnya coba,” tandasnya.

Atas keprihatinan itu, pihaknya mendukung pergerakan para seniman dalang dan pengurus Pepadi Sragen untuk bergabung ke Jakarta melaporkan Ustadz Khalid Basalamah ke Bareskrim Polri.

Terlebih, berkat perjuangan maestro wayang, Ki Mantep Sudarsono, seni wayang bisa menembus festival budaya dunia di Perancis pada 2004.

Dari situlah akhirnya oleh Unesco diakui masterpiece wayang menjadi warisan budaya dunia.

Yang kemudian pada 2017 pemerintah Indonesia menguatkan dengan menetapkan tanggal 7 November sebagai hari wayang nasional.

“Maka dari itu kalau dunia saja sudah mengakui, negara juga sudah memberikan dukungan, ya itu tadi pertanyaan saya salahnya apa wayang ini kalau dimusnahkan,” tandasnya.

Ditambahkan Ki Medhot, aksi laporan ke Bareskrim Polri setidaknya menunjukkan bahwa seniman pedalangan pun bersuara dan tidak tinggal diam.

“Entah nanti proses hukumnya bagaimana, tapi minimal kita ingin bersuara bahwa jangan sampai wayang ini dimusnahkan,” tandasnya. Wardoyo

Exit mobile version