Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Alhamdulillah, Berdasarkan Hasil Survei Antibodi Penduduk Indonesia Tinggi, Dua Terbesar di Dunia Setelah India

Vaksin booster

Penyuntikan vaksin booster untuk karyawan CV Cahyo Nugroho Jati Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Wonogiri. Dok. Kodim 0728 Wonogiri

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kabar cukup menggembirakan datang dari penanganan Covid-19 di tanah air.

Ternyata berdasarkan hasil survei antibodi penduduk Indonesia tinggi.

Melansir dari kemendagri.go.id, Minggu (20/3/2022), hasil survei serologi Covid-19 yang dilakukan Kemendagri dan Kemenkes menunjukkan antibodi yang dimiliki masyarakat Indonesia terbilang tinggi. Survei itu dilakukan pada periode November hingga Desember 2021 dengan melibatkan Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI).

Adapun lokus survei ini dilakukan di 100 kabupaten/kota wilayah aglomerasi dan non aglomerasi.

Hasil survei itu menunjukkan, penduduk Indonesia yang berusia 1 tahun ke atas telah memiliki antibodi SARS-CoV-2 sebesar 86,6 persen. Proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2 tertinggi terdapat pada masyarakat yang telah melakukan vaksinasi sebanyak dua kali.

Sementara itu, persentase penduduk yang belum melakukan vaksin didapati telah mempunyai antibodi SARS-CoV-2 sebesar 73,9 persen.

Meski antibodi masyarakat tergolong tinggi, Mendagri Muhammad Tito Karnavian dan Menkes Budi Gunadi Sadikin mengimbau untuk tetap disiplin pada protokol kesehatan (prokes) dan melakukan vaksinasi.

“(Hasil survei serologi) menunjukkan angka (antibodi) yang relatif cukup tinggi untuk Indonesia. (Tingginya) antibodi tolong jangan euforia, tetap yang bisa mencegah penularan itu adalah masker. Jadi masker tetap, prokes ini harus tetap kita (jalankan), jangan sampai berhenti. Selagi masih ada pandemi masih di mana-mana tetap masker dipakai, meskipun sudah punya antibodi,” kata Mendagri.

Di lain sisi, Mendagri juga menyebut berbagai daerah kabupaten/kota sampel yang telah mencapai tingkat estimasi antibodi yang tinggi maupun rendah. Dia mengingatkan, daerah-daerah dengan tingkat estimasi rendah, untuk meningkatkan antibodinya dengan melakukan percepatan vaksinasi dan penerapan prokes.

“Strategi ke depan, jadi kalau seandainya prevalensi antibodinya masih rendah, ya kita harus genjot habis-habisan vaksinasinya dan protokol kesehatan harus ketat. Tapi kalau prevalensinya cukup tinggi ya vaksinasi tetap juga, tapi (ditujukan untuk) target-target tertentu yang belum (tepat) sasarannya di masyarakat, yang belum memiliki antibodi,” tuturnya.

Sementara itu, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, survei serologi yang dilakukan di Indonesia merupakan dua terbesar di dunia setelah India. Survei ini nantinya akan dilakukan selama enam bulan sekali untuk menjadi pertimbangan pemberian vaksinasi dan relaksasi di tengah pandemi.

Dirinya menegaskan, hasil survei ini dapat menjadi landasan kebijakan pemerintah ke depan, sehingga benar-benar berbasis riset.

“Rencana kami (sero) survei ini akan kami lakukan minimal enam bulan sekali,” ujar Menkes.

Di lain pihak, ahli epidemiologi dari FKM UI Pandu Riono yang hadir secara virtual menambahkan, kadar antibodi menjadi hal yang penting agar masyarakat bisa menghadapi pandemi. Ia juga menekankan, vaksinasi lebih efektif untuk meningkatkan kadar antibodi dibandingkan dengan hanya membiarkan penduduk terinfeksi.

“(Antibodi penting) agar kita bisa menghadapi pandemi ini apa pun variannya,” tandas Pandu. Aris

Exit mobile version