YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Media sosial digegerkan dengan wingko babat yang dibeli wisatawan di Jogja. Kudapan khas Jogja yang berbahan kelapa dan berasa manis itu viral setelah banyak wisatawan yang membeli oleh-oleh itu ternyata sampai rumah sudah berjamur.
Mencuatnya kasus wingko berjamur itu mencuat setelah ada postingan wisatawan yang kecewa karena mendapat oleh-oleh wingko dengan kondisi tak layak.
Wingko itu ia beli saat berbelanja di pusat kaki lima Malioboro akhir pekan ini. Unggahan yang diposting wisatawan pada Sabtu, 19 Maret 2022 di media sosial Info Cegatan Jogja itu menyoroti kudapan jenis Wingko Babat yang dibelinya di kawasan Teras Malioboro yang ternyata sudah berjamur dan tak layak makan.
“Sekedar memberi saran kepada pedagang oleh-oleh di Teras Malioboro, dari pengalaman saya kemarin wisata ke Jogja saya beli wingko sampai sembilan tas. Dari beberapa pedagang saat ditanya wingkonya masih fresh, nyatanya waktu saya buka semuanya jamuran,” kata akun wisatawan itu.
Padahal, ia tak hanya membeli wingko itu dari satu pedagang, tapi dari beberapa pedagang sekaligus.
“Mohon ibu-ibu pedagang sering-sering cek dagangannya, kalau memang sudah lama jangan bilang masih baru dan fresh, dan untuk pembuat wingkonya tolong diberi tanggal kadaluarsa, jangan dikosongin biar pedagang dan pembeli bisa saling cek,” ujarnya.
Wisatawan Sragen juga Curhat
Cerita oleh-oleh wingko babat Jogja tak mengenakkan juga datang dari wisatawan asal Sragen, Ruri.
Ia yang berkunjung ke Jogja Sabtu (19/3/2022) dan sempat membeli oleh-oleh wingko babat dari penjual keliling, juga mengaku kecewa.
Pasalnya wingko yang ia beli hanya bertahan sehari saja. Wingko babat itu ia beli di deretan teras Malioboro dekat dengan lokasi parkir dan pedagang kaki lima.
Wingko babat yang dibeli dengan harga Rp 10.000 perbungkus isi 10 biji itu sudah tengik dan basi ketika hendak dimakan sehari berikutnya.
“Saya beli Sabtu (19/3/2022) sore. Sampai rumah Sabtu malam. Pas sampai di rumah dimakan masih enak. Nah besok sorenya mau dimakan lagi, sudah tengik dan muncul jamurnya. Kemarin saya beli dari pedagang pakai motor. Beberapa teman juga ikut beli, karena kasihan kan dia keliling, daripada beli jauh-jauh biar bagi rejeki. Nggak tahunya sampai rumah malah nggak tahan dan nggak kemakan. Di bungkusnya ada mereknya tapi nggak ada tanggal kedaluwarsanya. Waktu ditanya, pedagangnya juga bilang masih baru,” ujarnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (23/3/2022).
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta Srie Nurkyatsiwi langsung merespons kabar temuan oleh oleh berjamur di Teras Malioboro itu.
“Kami akan melakukan pembinaan pada para pedagang, termasuk memberikan sanksi jika mereka mengulangi perbuatan yang sama,” kata dia.
Dalam kejadian ini, paguyuban dari tenant tersebut sudah melakukan teguran dan evaluasi. Sri mengatakan Pemda DIY juga tak akan berdiam diri dengan kondisi itu dan telah menyiapkan sejumlah langkah tindak lanjut.
“Selain perlu sosialisasi berjualan yang amanah dan barakah, kami akan minta pedagang menyepakati sanksi sosial perupa pemasangan stiker bagi yang melanggar jika di perlukan,” kata Sri.
Dinas pun akan menurunkan petugas lebih intens untuk melakukan inspeksi terhadap produk yg diperdagangkan.
“Baik makanan kemasan, makanan olahan, pakaian, perlu check mutu dan standar,” kata Sri.
Bagi pedagang yang mentaati peraturan, Sri mengatakan pihaknya akan memberikan reward atau penghargaan.
“Pedagang yang tertib aturan, omzet baik, tidak berkasus, bersih, dan kolaboratif kami berikan reward,” ujarnya.
Untuk mencegah kejadian ini berulang, Pemda DIY akan memasang papan pengumuman agar pembeli melakukan check and recheck sebelum transaksi untuk memastikan mutu barang dan harga.
Anggota Komisi B DPRD DIY Nurcholis Suharman menuturkan kasus viralnya wisatawan membeli oleh-oleh tak layak di Teras Malioboro ini menjadi sebuah ironi yang harus segera disikapi pemerintah.
“Di satu sisi dalam upaya pemulihan ekonomi kita butuh peningkatan produktivitas dari sektor wisata, namun di sisi lain wisatawan yang sudah percaya, justru mendapatkan produk tak layak,” kata dia.
Nurcholis pun mendorong Pemda DIY segera bergerak untuk bisa mengawasi lebih ketat produk produk yang dijual di kawasan Malioboro, khususnya dari kalangan pedagang kaki lima.
“Ingat, Malioboro itu seperti etalasenya UMKM Jogja, seharusnya jangan sampai kejadian seperti ini terjadi dan sampai terulang,” ujarnya.
Nurcholis mengatakan Malioboro sebagai jantung wisata Yogyakarta sudah sempat terpuruk cukup parah di masa pandemi Covid-19 hingga nyaris tak ada wisatawan datang karena pembatasan mobilitas.
“Jangan biarkan masa pemulihan ini membuat semua harus dimulai dari nol lagi,” kata dia. (Wardoyo/Tempo.co)