JOGLOSEMARNEWS.COM – Jumlah penderita penyakit ginjal setiap tahunnya terus meningkat. Diproyeksikan, penyakit yang satu ini bakal menjadi penyebab kematian ke-5 pada tahun 2040.
Akademisi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal dan Hipertensi UGM dr. Metalia Puspitasari M.Sc., Sp.PD., KGH mengatakan, terdapat 10 persen orang yang mengalami gangguan ginjal kronis atau yang sudah lama.
“Sembilan dari 10 orang tidak paham dan tidak mengetahui kalau ia mengalami gangguan ginjal,” papar Meta dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia, dikutip dari laman UGM.ac id.
Ia juga menambahkan bahwa gangguan ginjal terbagi menjadi dua yakni gangguan ginjal akut dan gangguan ginjal kronis.
Gangguan ginjal akut biasa terjadi karena asupan minum yang kurang, muntah berlebihan dan diare yang menyebabkan kurangnya cairan pada tubuh. Selain hal itu, konsumsi obat-obatan juga dapat menyebabkan gangguan ginjal akut.
Untuk gangguan ginjal kronis disebabkan oleh penyakit jangka panjang. Seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan penyakit jantung.
“Juga bisa disebabkan innfeksi yang tidak diobati dengan efektif yang secara perlahan merusak ginjal dan mengurangi fungsi organ tersebut dari waktu ke waktu,” imbuhnya.
Meta menuturkan terdapat pemeriksaan untuk deteksi dini gangguan ginjal antara lain terjadinya peningkatan darah dan nadi, pembengkakan bagian tubuh, wajah pucat, buang air kecil yang menurun.
“Kita juga bisa melakukan pemeriksaan laboratorium seperti ureum, kreatinin, dan urine untuk mengetahui fungsi ginjal. Kadar kreatinin yang tinggi dalam darah dapat menjadi tanda adanya gangguan pada ginjal. Ada juga pemeriksaan elektrolit. Ketika seseorang mengalami gangguan ginjal, elektrolit ini menjadi tidak seimbang. Ini pemeriksaan sederhana yang bisa dilakukan,” tuturnya.
Jika mengalami gejalan gangguan fungsi ginjal segeralah memeriksakan diri ke dokter. Gangguan ginjal karena adanya pembesaran prostat, Jika gangguan ginjal disertai adanya gangguan tumor di daerah ginekologi atau rahim dapat berkonsultasi dengan dokter kandungan.
“Selain dokter penyakit dalam, kita bisa berkonsultasi ke dokter penyakit dalam yang khusus konsultan ginjal dan hipertensi,” ucap Meta. Selvia Safitri