Beranda Daerah Solo Sebelum di Titik Nol IKN, Ritual Penyatuan Tanah dan Air Pernah Dilakukan...

Sebelum di Titik Nol IKN, Ritual Penyatuan Tanah dan Air Pernah Dilakukan di Tugu Kebangkitan Nasional Solo Tahun 1933. Begini Ceritanya

Tugu Kebangkitan Nasional di Jalan Dr Wahidin Solo. Foto: JSNews/Ando

 

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM —Penyatuan tanah dan air yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan 34 Gubernur dalam acara bertajuk ritual kendi Nusantara di Titik Nol IKN, Kalimantan Timur yang dilakukan, Senin, (14/3/2022) ternyata pernah ada dan dilakukan sebelumnya.

Diceritakan salah satu sejarawan di Solo, Doni Saptoni, laku serupa juga pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh Budi Utomo dalam proses pembangunan tugu Kebangkitan Nasional atau yang lebih dikenal Tugu Lilin di Jalan Dr. Wahidin  Laweyan, Kota Surakarta, Solo, pada tahun 1933.

Para tokoh Budi Utomo dari berbagai wilayah yang ada di Nusantara kala itu menaruh tanah dan air dari asal mereka masing-masing saat peletakan batu pertama pembangunannya. “Tanah dan air dari seluruh Nusantara tertanam di situ. Maknanya seluruh Nusantara bersatu dalam api perjuangan kemerdekaan Indonesia,” ungkap Dani Saptoni saat dihubungi melalui sambungan telefon, Senin (14/03/2022).

Baca Juga :  Misteri Motor Beat Orange Hitam di Jembatan Jurug: Sandal, Helm, dan Dugaan Percobaan Bunuh Diri

Awalnya, Tugu Kebangkitan Nasional direncanakan dibangun di Jakarta dan Surabaya dalam rangka 25 tahun usia Budi Utomo. Namun, pembangunan menuai penolakan dari pemerintah Hindia-Belanda.

Suryo Ningrat atau Raden Mas Suardhy kemudian memiliki ide untuk membangun tugu tersebut di Solo. Kemudian difasilitasilah oleh Sinuwun Paku Buwono X. Sinuwun menghibahkan tanah miliknya untuk pembangunan Tugu Kebangkitan Nasional.

“Waktu peresmian, sesepuh Budi Utomo yakni dr. Soetomo mengatakan, Van Solo begin the victory (dari Solo akan dimulai kemenangan),” tegas dia.

Para tokoh pergerakan Budi Utomo kala itu menginginkan Solo menjadi tonggak pertama pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Kemudian terkait dengan apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi di Kalimantam Timur  menurut Doni ada makna filosofi yang hampir serupa, hanya saja berbeda spiritnya.

Baca Juga :  Jangan Lewatkan! Festival Jenang Solo Hadir Lagi: Ada Marut Kelapa Massal dan 10.000 Jenang Gratis!

“Simbolisme pemaknaannya sama, seluruh Nusantara bersatu. Namun dalam konteks Presiden Jokowi kemungkinan maknanya bukan dalam urusan kemerdekaan,” pungkasnya. (Ando)