JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Wis Angel, Harga Kedelai Melangit Lagi, Puluhan Perajin Tahu di Teguhan Sragen Kian Menjerit. Pemerintah Dinilai Abai Siap-Siap Saja Mogok Massal!

Mereka pasrah jika memang tidak lagi bisa bertahan lantaran biaya produksi yang makin melangit seiring mahalnya harga kedelai

Perajin tahu di Sentra Tahu Teguhan Sragen. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sejumlah pengrajin tahu di sentra produksi tahu Kampung Teguhan, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen mengeluhkan tingginya harga kedelai belakangan ini.

Untuk kesekian kalinya, mereka harus dihadapkan situasi sulit yakni mahalnya harga bahan baku kedelai. Upaya mendapatkan subsidi harga kedelai yang tak kunjung terealisasi, membuat puluhan perajin pun kini sudah putus asa.

Mereka pasrah jika memang tidak lagi bisa bertahan lantaran biaya produksi yang makin melangit seiring mahalnya harga kedelai.

Bahkan saking mahalnya bahan utama tahu tersebut membuat para pengrajin terpaksa mengurangi produksi, memperkecil ukuran tahu demi bisa bertahan dan terhindar dari kebangkrutan.

Hari Suryanto (32) salah satu perajin tahu di Kampung Teguhan RT 8/RW 3, Sragen Wetan mengatakan saat ini hampir semua pengrajin tahu di Teguhan mengeluhkan mahalnya harga kedelai.

Pantauan hari ini, harga kedelai impor di pasaran mencapai Rp 11.300 per kilogram. Harga itu terbilang mahal lantaran harga kedelai normalnya tak lebih dari Rp 8.000.

Baca Juga :  Media Sragen Terkini (MST HONGKONG), Grup Pertama yang Terdaftar di Kemenkumham dan Memiliki Anggota Terbanyak di Kota Sragen

“Dengan harga segitu kita sebagai pengrajin tahu sudah putus asa. Pemerintah harusnya bisa mensubsidi agar kedelai turun, sebelumnya Rp 10.000 tapi ini malah naik lagi jadi Rp 11. 300 per kilogram,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (2/3/2022).

Menurut Hari, kenaikan harga kedelai sudah terjadi sejak seminggu ini. Ia mencatat lonjakan harga sangat drastis.

Bahkan ia dalam kondisi saat ini untuk menaikan harga produk tahu sudah sangat kesulitan.

“Terpaksa ini mengurangi produksi Mas. Kalau ini nanti ukuran tahu dikecilin terus nggak bisa dan nggak nuntut. Bisa nggak bisa harus mengikuti kenaikan harga kedelai ya tahu ikut naik harganya,” urainya.

Perajin tahu di Teguhan, Hari Suryanto. Foto/Wardoyo

Ia merasa was-was akan pergerakan harga kedelai yang terus melangit. Bahkan ia memprediksi jika kondisi masih seperti ini terus akan menjadi polemik dan perajin bisa-bisa menghentikan produksi.

Di sentra tahu Teguhan, tercatat ada lebih dari 70 perajin yang sudah puluhan tahun membuat produk tahu. Ia mengakui jika sampai perajin mogok produksi, maka dipastikan pasokan tahu di pasaran akan kelabakan.

Baca Juga :  Tingkatkan Pembangunan Desa Toyogo Sragen, Blesscon Kucurkan Dana CSR

Sebab selama ini produksi tahu asal Teguhan hampir menguasai lebih dari separuh pasar tahu di wilayah Sragen.

“Kalau seperti ini bisa membuat kondisi tahu di pasaran bisa kosong, imbasnya sudah terasa seminggu terakhir ini,” jelasnya.

Mewakili puluhan perajin, ia hanya meminta solusi pada pemerintah agar membantu permasalahan ini.

Selama ini, pemerintah dinilai terlalu abai dengan kondisi yang dialami perajin tahu terkait harga bahan baku kedelai.

“Pemerintah tidak bisa mengatasi persoalan kedelai, tidak ada solusinya bisanya hanya begitu saja, nggak ada subsidi atau bagaimana dan percuma juga,” ujarnya.

Mahalnya harga kedelai makin memperpanjang penderitaan masyarakat utamanya perajin tahu.

Sebelumnya, harga minyak goreng juga mengalami lonjakan hingga dua kali lipat dan saat ini belum kunjung turun. Bersamaan itu, harga daging sapi juga terkatrol hingga Rp 120.000 per kilogram.

Belum lagi, harga sembako seperti cabai juga belakangan ikut-ikutan meroket naik. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com