SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dewan Profesor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan Webinar dan Orasi Ilmiah Purnabakti Profesor secara hybrid atau daring dan luring, Rabu (30/3/2022).
Orasi Ilmiah Purnabakti Profesor disampaikan dua orang dosen UNS yang sudah purnabakti, yakni Prof Dr Widha Sunarno, M.Pd dan Prof Dr Suyitno, M.Pd, keduanya dari FKIP.
Ketua Dewan Profesor UNS, Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D dalam sambutannya memberikan apresiasi pada Prof Widha Sunarno dan Prof Suyitno yang telah mengabdikan dirinya untuk UNS Surakarta.
Ia menjelaskan, Purnabakti adalah penghargaan yang diberikan kepada para Guru Besar, sedangkan yang lain adalah Purna Tugas.
Karena itu, Purnabakti besifat spesial, yakni penghargaan bagi guru besar atau Profesor yang menyelesaikan darma baktinya yang ditandai dengan memberikan orasi ilmiah tentang kepakarannya.
Ia menjelaskan, seorang dosen pasti akan mengalami jabatan tertinggi sampai pada usia 70 tahun, yakni menjadi profesor.
“Professor adalah jabatan akademik, sehingga kiprah beliau berdua tidak akan pernah putus dengan memberikan tongkat estafet keilmuan kepada juniornya,” ujarnya, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Prof Widha Sunarno memberikan tongkat estafet keilmuan kepada Dr Sarwanto, S.Pd, M.Si dalam bidang Pendidikan IPA.
Sementara Prof Suyitno memberikan tongkat estafet kepada Dr. Edy Suryanto, M.Pd dalam bidang kajian budaya.
“Beliau berdua akan memberikan lentera baru kepada Juniornya untuk dilanjutkan. Lentera baru yang terus dipelihara dan diteruskan oleh juniornya,” demikian Ketua Dewan Profesor UNS.
Mewakili Rektor UNS, Prof. Dr. Bandi, M.Si. Akt selaku Wakil Rektor II Bidang Umum dan SDM mengatakan, pensiun bukan akhir segalanya dan bukan masa yang menakutkan.
Justru banyak terjadi masa pensiun justru lebih produktif berkarya, sehingga masa pensiun dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Tongkat Estafet Keilmuan
Dalam orasinya, Prof Widha Sunarno mengataakan, konsep pembelajaran IPA perlu diberikan secara menarik, menantang dan menyenangkan. Di mana, konsep-konsep yang abstrak divisualisasikan dalam bentuk gambar-gambar.
Upaya itu dilakukan untuk mengeliminir anggapan siswa bahwa mata pelajaran fisika itu sulit, menakutkan dan membosankan.
Sedangkan Prof Suyitno menyampaikan bahwa subjek reseptif dan produktif sastra harus melihat bahwa kebenaran dalam sastra tidak pernah ada yang selesai dan takterstruktur.
Kebenaran dalam sastra selalu berproses lanjut dan selalu mencerminkan realitas yang harus dibaca berulang-ulang seperti teks.
Realitas kebenaran dalam sastra harus dibaca berulang-ulang karena realitas kebenaran dalam sastra selalu terbarui dan kompleks.
Subjek reseptif dan produktif sastra harus melihat bahwa teks sastra adalah hasil dialog kelanjutan kreativitas kreator ketika menyikapi fenomena.
Sewaktu mengentitas subjek majemuk teks sastra harus dibiarkan berkompetisi dengan teks-teks lain membentuk medan eksotopi yang memustahilkan kesempurnaan antara teks yang satu dengan teks lainnya.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan tongkat estafet keilmuan. Prof Widha Sunarno menyerahkan tongkat estafet keilmuan kepada Dr Sarwanto dan Prof Suyitno kepada Dr Edy Suryanto.
Penyerahan tongkat estafet keilmuan sebagai tanda tidak akan pernah putus keilmuan yang telah dilakukan kedua guru besar tersebut. Suhamdani