SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menjelang datangnya bulan ramadhan, harga komoditas bunga tabur di Sragen melejit tak karuan.
Bunga tabur jenis mawar merah dan putih meroket hingga 500 persen alias lima kali lipat.
Lonjakan permintaan untuk ziarah dari masyarakat di hari-hari terakhir menjelang Ramadhan, menjadi faktor pemicu meroketnya harga bunga tabur.
Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM di pasar bunga Sragen Kota Jumat (1/4/2022), harga bunga mawar sudah meroket sejak sepekan terakhir.
Sastro (62) penjual bunga mawar di Sragen Kota asal Pucang RT 26, Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen menyebut lonjakan harga sudah terjadi sepekan lalu.
Bunga mawar satu petuk (wadah kain) yang biasanya hanya Rp 150.000, mendadak meroket menjadi Rp 700 sampai Rp 750.000.
“Sudah semingguan ini naiknya. Biasanya satu pethuk masih dapat Rp 135.000 sampai Rp 150.000 sekarang jadi Rp 700.000 sampai Rp 750.000. Karena hari -hari prepekan ini (pepetan) mendekati puasa kayak gini banyak masyarakat yang butuh untuk ziarah ke makam,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (1/4/2022).
Sastro menuturkan bunga mawar merah dan putih biasanya dipasok dari Salatiga. Ia tak menampik akhir-akhir ini sempat kewalahan melayani permintaan bunga tabur di bulan ruwah yang biasanya menjadi bulan ziarah seperti saat ini.
Tingginya permintaan ditunjukkan dengan omzet yang juga ikut naik saat ini. Ia menyebut dalam sehari, saat ini bisa menghabiskan 4 pethuk bunga dengan omzet hampir Rp 3 jutaan.
“Pas ramai kayak gini sehari bisa menghabiskan 4 wadah bunga atau petuk perharinya. Saya jualan dari jam 06.00 sampai 19.00 WIB,” urai pria yang sudah puluhan tahun menjadi penjual bunga itu.
Kenaikan harga bunga tabur juga disampaikan Pariyem, pengecer bunga tabur asal Ngipang, Gawan, Tanon.
Ia mengaku dalam beberapa hari terakhir mendekati puasa, harga mawar memang melejit. Akibatnya pengecer seperti dirinya juga kewalahan untuk mendapat dagangan lantaran harga sudah naik hampir lima kali lipat dari hari biasa.
“Satu pethuk sekarang harganya naik jadi Rp 700.000 sampai Rp 1 juta. Padahal biasanya hanya Rp 130.000 sampai Rp 150.000. Saya ngecer juga agak sulit. Biasanya Rp 5.000an satu paket, sekarang saya kurangi. Kalau naikkan harga nggak mungkin karena orang desa kadang beli untuk ziarah belinya harga segituan. Bisanya ya mengurangi bunganya karena mahal jadi agak sedikit,” tandasnya. Wardoyo