SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemerintah Desa (Pemdes) Jirapan, Kecamatan Masaran, Sragen membuat inovasi baru di bidang pertanian dengan berencana mendirikan 100 hotel untuk burung hantu.
Hotel untuk burung bernama latin tyto Alba itu nantinya akan didirikan di semua areal persawahan di desa setempat.
Saat ini, jumlah hotel yang dibuat sudah mendekati angka 100 dan dalam waktu dekat akan segera didirikan dan diresmikan.
Namun hotel yang dimaksud hanyalah istilah untuk rumah yang dibuat untuk habitat burung hantu. Jika terealisasi, konsep 100 hotel burung hantu itu barangkali bakal menjadi yang pertama di Sragen, Jateng bahkan di Indonesia.
“Iya, kami akan dirikan 100 hotel burung hantu. Ini sudah hampir terpenuhi jumlahnya dan nanti segera akan kami dirikan untuk diresmikan,” papar Kades Jirapan, Sindu Praptono, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (20/4/2022).
Sindu mengungkapkan ide mendirikan 100 hotel burung hantu itu digagas menyikapi serangan hama tikus yang merajalela dan menjadi momok petani di desanya dalam tiga tahun terakhir.
Nantinya 100 hotel itu akan dibagikan sebagai stimulus ke kelompok tani di desanya. Diharapkan setelah itu semua petani hingga perangkat desa pemilik lahan, mendirikan hotel yang sama di lahan mereka masing-masing.
Sehingga, nantinya semua lahan sawah di Jirapan akan memiliki setidaknya satu hotel burung hantu.
“Jadi kami sudah wajibkan nanti semua petani dan perangkat membuat rumah burung hantu di sawahnya masing-masing. Dan itu hukumnya wajib,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan, gebrakan membuat hotel burung hantu hingga di semua areal itu dilakukan sebagai upaya untuk mengembalikan ekosistem burung hantu sebagai predator hama tikus.
Dengan setiap lahan memiliki rumah burung hantu, maka akan menekan potensi hama tikus.
Selain pemberdayaan rubuha, selama ini Pemdes juga menggencarkan gerakan gropyokan dengan melibatkan kelompok tani dan unsur yang ada.
“Alhamdulillah dengan dukungan para petani dan Poktan serta unsur perangkat desa, gropyokan berhasil menekan populasi tikus. Dengan adanya rubuha maka habitat burung hantu bisa diberdayakan untuk menjadi predator alami menekan hama tikus,” terangnya.
Sindu menambahkan penanganan tikus memang menjadi salah satu prioritas yang digalakkan di desanya. Sebab sektor pertanian dan peningkatan ketahanan pangan memang menjadi salah satu misi pemerintahannya.
“Kebetulan dari dana desa kami ada 20 persen untuk ketahanan pangan. Totalnya sekitar Rp 180 juta, nanti sebagian kita alokasikan untuk membeli rubuha dan mendirikan karantina burung hantu yang anakan sampai dewasa. Ini sebagai wujud komitmen pemerintah desa terhadap peningkatan kesejahteraan petani di desa kami. Dengan menekan potensi hama, tentu produktivitas hasil pertanian akan meningkat dan harapannya bisa menaikkan kesejahteraan petani,” tandasnya. Wardoyo
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com