SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Insiden tewasnya Mbah Seman (62) petani asal Dukuh Dimoro RT 6, Desa Jatitengah, Kecamatan Sukodono Sragen akibat kesetrum jebakan tikus, Rabu (13/4/2022) pagi menuai reaksi dari DPRD Sragen.
Salah satu anggota DPRD yang getol menyuarakan aspirasi petani, Bambang Widjo Purwanto menyayangkan insiden kembali jatuhnya korban petani akibat jebakan tikus.
Bambang pun menilai, kematian Mbah Seman yang menjadi korban tewas ke-23 yang kesetrum jebakan tikus selama 2 tahun terakhir, menunjukkan minimnya kepedulian Pemkab dan lemahnya aparat.
“Ini sebuah capaian yg sangat luar biasa. Bayangkan sudah 23 nyawa meninggal sia-sia dan terus terjadi. Mungkin Sragen menempati peringkat pertama soal korban yang meninggal akibat jebakan tikus,” ujarnya setengah menyindir.
Legislator asal Kecamatan Gondang itu menilai fenomena rentetan kematian petani akibat jebakan tikus beraliran listrik itu juga andil dari ketidaktegasan Pemkab maupun aparat.
Menurutnya ketika aturan atau payung hukum sudah tegas melarang dan ada sanksi hukum, hal itu mestinya betul-betul ditegakkan.
“Selama tidak ada tindakan yang tegas ya mungkin korban akan terus berjatuhan. Ini nggak main-main. Sudah 23 nyawa, bayangkan. Satu orang saja meninggalnya karena pembunuhan, tentu akan dihukum berat. Tapi ini 23 orang. Kalau pemerintah melakukan pembiaran, tidak menutup kemungkinan akan terus jatuh korban berikutnya,” urainya.
Meski demikian, ia tak sepenuhnya menyalahkan petani. Sebab perangkat dengan setrum itu barangkali memang menjadi opsi terakhir untuk menyelamatkan tanaman mereka dari hama tikus.
Tiadanya bantuan atau solusi yang efektif aman dan efektif untuk membasmi tikus, diyakini membuat petani akhirnya terpaksa menggunakan setrum meskipun sadar nyawa taruhannya.
“Ini masalahnya urusan perut. Dia juga mau gagal panen karena diserang tikus.
Sementara sampai sejauh ini pemerintah ngapain aja. Apa yang sudah dilakukan pemerintah, paling hanya himbauan saja, melarang saja. Seharusnya sanksi hukum bagi pemasang jebakan tikus ditegakkan, tapi juga ada solusi atau bantuan bagaimana membasmi hama yang efektif,” tuturnya.
Ia berharap peran aktif petani, aparat dan pemerintah dalam hal ini dinas terkait yakni Dinas Pertanian untuk mengatasi masalah tersebut.
Petani juga diminta bisa melaporkan bilamana ada petani sekitarnya yang masih sengaja memasang jebakan tikus.
“Sehingga bagi aparat bisa cepat bergerak sebelum memakan korban,” tandasnya.
PLT Kepala Dinas Pertanian Sragen, Tatag Prabawanto menyampaikan dari keterangan yang diperoleh, sebenarnya larangan dan imbauan untuk tidak memasang setrum jebakan tikus sudah tidak henti dilakukan.
Termasuk kepada korban, sebenarnya sudah diingatkan oleh Kadus setempat agar tidak memasang perangkap tikus dengan aliran listrik.
“Itu baru dua hari lalu dipasang. Sudah diingatkan oleh Pak Bayan tapi masih nekat,” jelasnya.
Atas kondisi itu, pihaknya kembali mengimbau agar petani menghentikan pemakaian setrum jebakan tikus. Karena bisa membahayakan keselamatan pemasang maupun orang lain.
Ia justru menyarankan agar petani menggunakan solusi yang aman seperti gropyokan, emposan, serta memberdayakan burung hantu untuk menjaga ekosistem alam.
“Kalau memang butuh bantuan pestisida silakan mengajukan. Berapapun butuhnya kami siapkan,” tandasnya. Wardoyo