JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Bunuh Diri Marak di Sragen, Ketua MUI Sebut Pemicu Utama Bukan Faktor Ekonomi Tapi Kurangnya 2 Hal Ini!

KH Minanul Aziz. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Maraknya fenomena bunuh diri di Kabupaten Sragen menuai keprihatinan berbagai kalangan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sragen, KH Minanul Aziz menilai banyak faktor yang melatarbelakangi aksi bunuh diri.

Biasanya bunuh diri dipicu masalah pribadi, masalah keluarga dan faktor lainnya. Menurutnya, kasus bunuh diri memang menjadi keprihatinan bersama dan butuh penanganan dari berbagai pihak.

Ia memandang ada dua hal penting yang harus diperkuat dalam diri masyarakat. Yakni penguatan karakter dan keimanan.

“Orang bunuh diri itu karena kurang kuat menghadapi ujian. Makanya perlu penguatan keimanan dan karakter. Kalau keimanannya kuat, ada masalah pasti tidak akan mudah putus asa,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (9/5/2022).

Lebih lanjut, Minanul Aziz menyampaikan penguatan keimanan dan ketaqwaan itu bisa dilakukan dengan melalui ikut kegiatan pengajian-pengajian untuk muslim.

Bagi penganut agama lain, bisa memperbanyak kegiatan ibadah. Sebab menurutnya semua agama pada prinsipnya mengajarkan kebaikan.

Dengan sering mengikuti kegiatan ibadah dan pengajian, diyakini akan membentengi seseorang dan lebih kuat apabila menghadapi cobaan dalam hidupnya.

Peran semua pihak, mulai dari lingkungan sekitar hingga pemerintah juga dipandang perlu untuk mengurai dan meminimalisir kondisi yang bisa memicu bunuh diri.

“Memang tanggungjawab bersama dan harus semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat, tokoh agama dan lingkungan sekitar harus ikut membantu,” terangnya.

Soal kondisi keterbatasan ekonomi, Minanul menyebut bukanlah hal dominan yang memicu pelaku bunuh diri.

Menurutnya kunci utama yang membentengi bunuh diri justru adalah keimanan dan ketaqwaan.

“Yang ekonominya terbatas kan juga banyak, tapi nggak terus kemudian bunuh diri. Kalau dia imannya kuat dan bisa menghadapi ujian, tidak akan sampai bunuh diri,” terangnya.

Baca Juga :  Bioskop legendaris Garuda Theatre Sragen: Kenangan Manis Masa Lalu
Tim Polsek Gondang Sragen dipimpin Kapolsek AKP Sudarmaji saat melakukan olah TKP dan evakuasi jasad bapak anak yang tewas gantung diri bareng di rumah mereka di Grasak, Gondang, Jumat (6/5/2022) siang. Foto/Wardoyo

Kepekaan Sosial 

Sebelumnya, Kepala Kesbangpol Kabupaten Sragen, Sutrisna menyebut peran kepedulian lingkungan sekitar, tokoh masyarakat terdekat juga sangat penting.

Menurutnya, rasa kepekaan sosial dari masyarakat dan lingkungan sekitar juga perlu ditumbuhkan.

Dengan kepekaan, setidaknya jika ada warga yang dalam masalah atau menunjukkan gelagat sedang bermasalah, bisa dibantu mengatasi atau memecahkannya.

Sehingga, akan menghindarkan seseorang dalam masalah itu terjerumus ke dalam keputusasaan yang bisa memicu bunuh diri.

“Perlu kepedulian lingkungan sekitar, tokoh masyarakat, RT dan perangkat desa. Memang agak sulit mendeteksi apakah seseorang punya masalah atau tidak. Tapi kalau kepekaan sosial itu diasah, maka akan lebih sensitif melihat kondisi lingkungan sekitarnya. Sehingga apabila ada warga yang dalam masalah, minimal bisa kasih saran atau solusi,” terangnya.

Meski demikian, ia menilai faktor penguatan mental, karakter dan keimanan memang lebih besar berperan membentengi dari rasa putus asa.

Sebab terkadang tak semua orang yang dalam masalah, bisa terbuka dengan lingkungan. Terlebih apabila masalah itu menyangkut privasi.

“Nah di sinilah mungkin peran orang dekat, mungkin lewat keluarganya atau teman dekatnya. Yang jelas rasa kepekaan terhadap lingkungan dan pendidikan di keluarga ini yang lebih penting. Peran tokoh masyarakat, tokoh agama dan pejabat struktural terbawah seperti RT dan perangkat juga penting untuk memberikan pemahaman dan penguatan apabila ada warga yang sedang dalam masalah,” tandasnya.

Pernyataan itu disampaikan menyikapi tragedi bunuh diri yang belakangan kembali merebak di Sragen. Terbaru, tiga orang di Gondang dan Kedawung, nekat mengakhiri hidupnya di tali gantungan pada Jumat (6/5/2022) lalu.

Baca Juga :  Geger Mobil Baru Langsung Rusak, Anggota DPRD Tulungagung Juga Mengalami Kerusakan Mobil Usai Mengisi Dexlite di SPBU Sragen

Tiga korban itu masing-masing bapak anak di Dukuh Grasak, Desa Gondang, Arifin (40) dan putrinya Saqilla Love Afilah Sungkar (5).

Ia ditemukan gantung diri bareng di rumah mereka Dukuh Grasak RT 43, Gondang, Sragen.

Dalam waktu yang sama, seorang bapak muda bernama Suwanto (34) warga Dukuh Randusari RT 0 B, Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, juga ditemukan tewas gantung diri di dapur rumahnya dengan tali senar.

Tiga kasus bunuh diri itu makin menambah panjang daftar rentetan kejadian harakiri di Bumi Sukowati.

Fakta miris itu juga seolah memperkuat catatan buruk maraknya fenomena bunuh diri di Sragen dalam beberapa tahun terakhir.

Bahkan, dalam hitungan setahun, jumlah warga Sragen yang bunuh diri bisa mencapai 36 orang. Mereka mengakhiri hidup dengan berbagai cara mulai dari gantung diri, nyemplung sumur, terjun ke sungai hingga nenggak racun serangga.

Data yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM dari Polres mencatat selama kurun setahun terakhir dari 2020 hingga awal 2021 lalu, tercatat sudah 36 warga di Bumi Sukowati yang memutuskan mengakhiri hidupnya secara harakiri atau bunuh diri.

Ironisnya lagi, mayoritas kasus bunuh diri itu dilakukan dengan gantung diri dan nyebut ke sungai atau terjun dari jembatan.

Motif kesulitan ekonomi dan depresi akibat sakit berkepanjangan menjadi faktor paling dominan yang melatarbelakangi aksi bunuh diri tersebut.

Fakta itu terungkap dari hasil analisa dan evaluasi (Anev) kasus tahunan yang terekam di Polres Sragen tahun 2020 dan awal 2021 lalu. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com