JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Internasional

Habis Total Bahan Bakar di Sri Lanka. Warga Berjam-jam Menunggu Antrean yang Sia-sia

Warga tengah mengantre BBM di SPBU di Tangerang (foto hanya sebagai ilustrasi) / tempo.co
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Jika Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengatasi pandemi Covid-19 dan melakukan pemulihan ekonomi dengan baik, tengoklah Srilangka.

Pandemi Covid-19 berapa waktu lalu telah menjatuhkan negara itu ke titik perekonomian terendah.

Bahkan, Perdana Menteri baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengumumkan bahwa negara itu kehabisan bahan bakar pada Senin waktu setempat.

“Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari. Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kami,” kata Ranil seperti dilansir Rueters Selasa (17/5/2022).

Bisa dilihat, di Kolombo yang merupakan ibukota komersial, antrean panjang becak, alat transportasi yang paling populer di kota dan menjadi tumpuan kehidupan bagi sebagian masyarakat.

Mereka berbaris panjang dan mengular di pom bensin. Mereka menunggu dalam sebuah penantian bahan bakar yang sia-sia.

“Saya sudah mengantri lebih dari enam jam. Kami menghabiskan hampir enam sampai tujuh jam di antrean hanya untuk mendapatkan bensin,” kata salah satu pengemudi, Mohammad Ali.

Pengemudi lain, Mohammad Naushad mengatakan, pom bensin yang dia tunggu kehabisan bahan bakar.

“Kami sudah di sini sejak jam 7-8 pagi dan masih belum jelas apakah mereka (SPBU-red) akan memiliki bahan bakar atau tidak,” katanya.

“Kapan itu datang, tidak ada yang tahu. Apakah ada gunanya kami menunggu di sini, kami juga tidak tahu,” ujarnya lagi.

Dua pengiriman bensin dan solar yang nmenggunakan jalur kredit India, dapat memberikan bantuan dalam beberapa hari ke depan, tetapi hingga Minggu belum tiba di Sri Lanka.

Sedangkan pengiriman diesel menggunakan jalur kredit India tiba di negara itu pada Minggu,  tetapi belum didistribusikan ke seluruh pulau.

“Masyarakat agar tidak mengantri atau mengisi ulang dalam tiga hari ke depan sampai 1.190 pengiriman SPBU selesai,” kata Menteri Tenaga Kerja Kanchana Wijesekera, pada Senin.

Ranil, yang ditunjuk sebagai perdana menteri pada Kamis, mengatakan dalam sebuah pidato, bahwa negara itu sangat membutuhkan US$75 juta dalam valuta asing untuk membayar impor penting. Negara itu juga menghadapi kekurangan 14 obat-obatan esensial.

Dipukul keras oleh pandemi Covid-19, kenaikan harga minyak dan pemotongan pajak populis oleh Rajapaksa, Sri Lanka berada di tengah krisis yang tak tertandingi sejak kemerdekaannya pada tahun 1948.

Kekurangan devisa yang kronis telah menyebabkan inflasi yang merajalela dan kekurangan obat-obatan, bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnya, membawa ribuan orang turun ke jalan melakukan protes.

Krisis tersebut menyebabkan protes meluas terhadap Presiden Gotabaya Rajapaksa dan keluarganya, yang berpuncak pada pengunduran diri kakak laki-lakinya, Mahinda sebagai perdana menteri pekan lalu.

Hal itu menyusul bentrokan antara pendukung pemerintah Sri Lanka dan pengunjuk rasa yang menewaskan 9 orang dan melukai 300 orang.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com