JOGLOSEMARNEWS.COM — Minuman dan makanan manis banyak disukai oleh banyak orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Meski makanan dan minuman manis menggunakan gula murni, dalam mengonsumsinya kita diharuskan untuk tetap membatasi jumlahnya.
Selain pemanis murni, seiring perkembangan zaman, sekarang juga banyak digunakan pemanis buatan.
Mengutip National Center for Biotechnology Information, pemanis buatan mengandung bahan-bahan kimia yang merangsang permukaan lidah mencecap rasa manis. Berbeda dengan gula, pemanis buatan tak dapat diproses tubuh menjadi kalori. Pemanis buatan menyimpan beberapa risiko kesehatan jika terlalu sering dikonsumsi.
Risiko kesehatan
Obesitas
Ketiadaan kalori dalam pemanis buatan tidak semata-mata membuatnya terbebas dari risiko kenaikan berat badan. Mengutip Healthline, pemanis buatan justru salah satu bahan penyebab kegemukan atau obesitas. Ketiadaan kalori dalam pemanis buatan membuat makanan tidak menimbulkan rasa kenyang, Akibatnya, seseorang yang mengonsumsi pemanis buatan ingin makan terus-menerus.
Gangguan fungsi otak
Konsumsi pemanis buatan juga mengganggu fungsi otak. Mengutip laman New York Endocrinology, berbagai penelitian menunjukkan, konsumsi pemanis buatan mampu melewati batas antara otak dan darah di kepala. Ketika hipokampus otak terganggu, maka kemampuan otak untuk menerima isyarat juga bermasalah.
Mengganggu reseptor rasa manis
Lidah memiliki beberapa penerima rangsangan atau reseptor rasa, pahit hingga manis. Mengutip Eat This, pemanis buatan merangsang reseptor rasa manis di lidah dengan bahan kimia. Rangsangan pemanis buatan yang berlebihan membuat reseptor rasa manis di lidah menjadi tidak normal. Lidah menjadi tidak menikmati atau mendeteksi rasa manis alami.