JOGLOSEMARNEWS.COM Edukasi Kesehatan

Pernah Mengalami Ketindihan Saat Tidur? Begini Penjelasan Sains tentang Sleep Paralysis

Ilustrasi kesulitan tidur. pexels.com
   

JOGLOSEMARNEWS.COM — Ada banyak orang pernah mengalami ketindihan saat tertidur atau ketika bangun. Saat mengalami ketindihan, maka tubuh akan kesulitan bergerak atau berbicara. Keadaan ini biasaya berlangsung dalam beberapa detik.

Lalu apa itu ketindihan atau sleep paralysis?

Mengutip Sleep Foundation, kondisi sleep paralysis adalah hilangnya kontrol otot sekejap. Orang mengalami halusinasi selama jeda kelumpuhan tidur. Sleep paralysis termasuk kategori parasomnia, perilaku abnormal saat tidur karena terhubung rapid eye movement (REM). Kelumpuhan tidur dianggap parasomnia REM.

Saat memasuki tahap REM, tubuh akan mengalami kelumpuhan sesaat, tidak bisa bergerak saat bermimpi. Otot akan mengalami relaksasi atau kondisi atonia. Saat mengalami atonia tak hanya ketika tertidur, tapi juga terjaga. Kondisi itu yang membuat orang tidak bisa bergerak walaupun sudah terjaga. Di Indonesia, kondisi ini disebut ketindihan.

Baca Juga :  Miliki Rasa Pahit, Ini Sederet Manfaat Pare untuk Kesehatan

Publikasi ilmiah dalam Jurnal Psikologi Udayana berjudul Hubungan antara Kecemasan Akademik dan Sleep Paralysis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tahun Pertama, usia rata-rata orang yang pertama kali mengalami gangguan tidur ini antara 14 tahun hingga 18 tahun. Salah satu penyebab orang mengalami sleep paralysis merasa cemas, gelisah yang tidak menyenangkan hingga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi.

Jenis sleep paralysis

Hypnagogic

Mengutip WebMD, saat tertidur, secara bertahap tubuh menjadi relaks. Orang yang mengalam kelumpuhan tidur hypnagogic seakan-akan masih sadar sehingga merasakan keadaan di sekitarnya. Namun, tak mampu berbicara atau menggerakkan tubuh.

Baca Juga :  Sederet Gejala Diabetes yang Sering Tak Disadari, Salah Satunya Rasa Lapar yang Terus Menerus
Hypnopompic

Selama tidur, kondisi beralih dari REM dan non-rapid eye movement (NREM). Siklus tidur REM dan NREM berlangsung sekitar 90 menit. Tidur NREM memakan waktu hingga 75 persen dari keseluruhan waktu tidur.

Selama tidur NREM, tubuh akan relaks dan memulihkan dirinya sendiri. Saat akhir NREM, tidur beralih ke REM. Mata bergerak cepat, kemudian muncul mimpi, seluruh tubuh masih tetap relaks. Aktivitas otot berhenti selama tidur REM.

Ketindihan terjadi ketika terbangun dalam fase ini. Saat otak belum siap untuk mengirim isyarat bangun, tubuh masih sulit bergerak. Tapi, mata sudah terbuka. Saat sadar sebelum siklus REM selesai, kemungkinan akan merasakan tubuh tidak bisa bergerak atau berbicara.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com