Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mengenal Soewirjo, Pemimpin Jakarta Pertama Putra Pracimantoro Wonogiri

Gubernur Jakarta pertama, Soewirjo. Wikipedia

JOGLOSEMARNEWS.COM — Berbicara tentang perkembangan Jakarta saat ini, tak bisa dilepaskan dari dari perjuangan Soewirjo sebagai Wali Kota Pertama Jakarta, dengan kewenangan setara gubernur saat ini.

Soewirjo menjabat sebagai Wali Kota Jakarta selama dua tahun, terhitung mulai 29 September 1945 hingga 21 Juli 1947. Saat itu Jakarta belum ditetapkan sebagai provinsi.

Profil Soewirjo

Soewirjo lahir di Pracimantoro, Wonogiri 17 Februari 1903. Meskipun ia bukan penduduk asli Jakarta, namun Soewirjo banyak menyumbang perubahan Jakarta. Soewirjo menamatkan pendidikannya di AMS. Sempat pula berkuliah di Rechtshogeschool, namun berhenti di pertengahan tahun ajaran.

Ragam pekerjaan telah ia coba. Pertama ia pernah ditugaskan di Centraal Kantoor voor de Statistik. Lalu ia mencoba bekerja sebagai guru di Perguruan Rakyat. Selain itu, pernah menjadi pengusaha obat di Cepu. Selain itu, Soewirjo aktif dalam perhimpunan pemuda seperti Jong Java, Jawa Hokokai, dan Putera.

Awal mula karier politik Soewirjo ketika menjadi Ketua Umum Partai Nasional Indonesia (PNI). Setelah PNI bubar pada 1931, ia aktif berpartisipasi mendirikan Partindo. Sebelum kemerdakaan, Soewirjo ditunjuk sebagai Wali Kota pertama Jakarta mendampingi tokoh dari Jepang, Tokubetsyu Sityo sebagai Wali Kotanya.

Soewirjo merupakan salah satu orang yang berani menyuarakan berita kekalahan Jepang dan mendesak Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan. Kesuksesan Indonesia mengibarkan bendera merah putih tak lepas dari dukungan Soewirjo. Ia mampu menggerakan massa untuk melakukan rapat raksasa di lapangan Ikada.

Ia baru mendapatkan jabatan sebagai Wali Kota pada 23 September 1945, setelah terjadinya perpindahan kekuasaan dari Jepang pada 19 September 1945. Jabatannya ini bertahan selama dua tahun hingga 21 Juli 1947.

Terdapat tiga program unggulan Soewirjo ketika menjabat sebagai pemimpin Jakarta. Yang paling utama keinginannya menyelesaikan masalah tanah yang melanggar hukum.

Selanjutnya, ia meminta Jawatan Pekerjaan Umum agar membuat Rencana Dasar Kota agar pemerintah kota bisa mengambil tindakan yang diperlukan.Ia pun mulai mengatur lokasi orang bisa mendirikan rumah, pasar dan fasilitas umum lainnya.

Lima Bulan Soewirjo Disekap Belanda
Berdasarkan arsip Pemprov DKI Jakarta, Soewirjo ditangkap oleh pasukan NICA ketika masa Agresi Militer I Belanda tanggal 21 Juli 1947.

Ia ditangkap di kediamannya di daerah Menteng. Kemudian disekap selama lima bulan di sekitar Jalan Gajah Mada, Yogyakarta, pada 1947.

Tujuan NICA menculik Soewirjo lantaran dirinya vokal mempertahankan Indonesia. Terutama ketika agresi Belanda, ia tetap memilih berada di Jakarta serta menginstruksikan kepada semua pegawai pamongpraja agar tetap menyelesaikan tugas seperti biasa. Kemudian ia dipindahtugaskan ke Yogyakarta.

Di Yogyakarta, Wali Kota pertama Jakarta ini disambut baik Panglima Besar Jenderal Soedirman di stasion Tugu. Di sana, Soewirjo bertugas di Kementerian Dalam Negeri RI sebagai pemimpin Biro Urusan Daerah Pendudukan (1947-1949).

Kembali ke Jakarta, ia ditunjuk sebagai wakil Pemerintah RI pada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada September 1949. Selesai mengurusi Jakarta Raya, Soewirjo lalu dilantik sebagai Wakil Perdana Menteri periode 1951-1952.

Soewirjo wafat pada 27 Agustus 1967. Jenazah Soewirjo kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, dengan upacara kenegaraan.

Exit mobile version