JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Waduh, 6000 Anak di Wonogiri Putus Sekolah, Penyebabnya Ternyata Bukan Karena Kondisi Ekonomi

Market day
Murid SDN 1 Sirnoboyo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri belajar berjualan di Market Day. Dok. STAIMAS Wonogiri
   

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sampai saat ini jumlah anak putus sekolah di Wonogiri mencapai angka 6.000.

Penyebab utama jumlah anak putus sekolah di Wonogiri sampai angka itu ternyata bukan karena kondisi ekonomi.

Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Jekek mengatakan masih ada anak yang putus sekolah di Wonogiri.

Bahkan, dia menyebut data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri jumlah anak putus sekolah di Wonogiri mencapai angka 6.000 anak.

Sayangnya, angka itu belum diketahui secara pasti sejak kapan tercatat. Bupati mengatakan pihaknya bakal melakukan verifikasi ulang atas angka itu.

“Ini ‘kan menjadi sebuah keprihatinan, saat sekolah sudah gratis, seragam gratis dan kita melahirkan program beasiswa,” kata pria yang akrab disapa Mas Jekek itu, Senin (27/6/2022).

Baca Juga :  Kasus Pembunuhan Setren Slogohimo Wonogiri, Pemilik Pekarangan Lokasi Penemuan Kerangka Resmi Jadi Tersangka

Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Jekek menegaskan, alasan adanya anak yang putus sekolah salah satunya adalah kultur. Sebab, di daerah masih ada orang tua yang berpendapat untuk apa bersekolah yang penting bisa segera bekerja.

Bupati Jekek juga mengaku pernah terjun ke Kecamatan Kismantoro dimana ada 28 anak yang nyaris putus sekolah. Diketahui, problem yang ada bukan karena masalah biaya namun pola pikir itu.

“Waktu itu ada 28 anak, setelah kita intervensi, kita ajak (melanjutkan sekolah) akhirnya tinggal dua orang yang tidak lanjut. Itu ada yang dari SD mau ke SMP ada juga yang dari SMP mau ke SLTA. Tapi yang banyak dari SD ke SMP waktu itu. Nah ini sembilan tahun pendidikan kan tidak terpenuhi,” imbuh Bupati Jekek.

Baca Juga :  1 Meninggal Kecelakaan di Wonoharjo Sambiroto Pracimantoro, Truk Tangki Tabrakan dengan Honda Supra 125

Menurut Bupati Jejek, pemikiran orang tua itu yang menjadi tantangan sosial dan harus diubah. Para guru bisa berkontribusi atas hal itu.

“Itu harus berubah. Para guru bisa menjadi agent of change di wilayah masing-masing untuk melakukan edukasi, bukan kepada siswanya tapi kepada orang tuanya,” tegas Bupati Jekek.

Dengan adanya tambahan SDM baru sebagai guru, pihaknya bakal menekan angka putus sekolah. Pihaknya bakal melakukan pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikan persoalan yang berasal dari kultur itu, karena disadari perlu langkah yang berbeda. Aris Arianto

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com