Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Sembelih 167 Sapi, Desa di Sragen Ini Jaga Tradisi Sebagai Desa dengan Kurban Terbanyak. Kades: Seperti Nyesal Kalau Nggak Bisa Ikut Kurban!

Suasana pemotongan hewan kurban oleh warga di Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen yang menjadi desa kurban terbanyak tiap tahun, Minggu (10/7/2022) dengan latar belakang gapura masuk desa. Foto kolase/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Hari raya Idul Adha selalu menghadirkan cerita mengesankan bagi Desa Pengkok di Kecamatan Kedawung, Sragen.

Betapa tidak, desa ini selalu mencatatkan sebagai desa dengan hewan kurban terbanyak se-Kabupaten Sragen.

Menariknya, berkurban seolah sudah menjadi semangat yang membudaya di kalangan warga.

Tak heran, meski bukan tercatat sebagai desa terkaya, faktanya desa tersebut selalu menjadi yang terdepan dalam urusan kurban.

Seperti pada Idul Adha 1443 tahun ini, total ada 167 ekor sapi dan 67 kambing yang dikurbankan oleh warga di desa tersebut.

Kades Pengkok, Sugimin Cokro mengatakan untuk tahun ini, jumlah korban sapi bahkan mengalami peningkatan dibanding tahun lalu untuk jumlah ekor sapi dari 166 tahun 2021 menjadi 167 ekor tahun ini.

Namun untuk kambing tahun ini mengalami penurunan dari 91 ekor tahun lalu menjadi 67 ekor tahun ini.

Pemotongan hewan kurban dilangsungkan selama dua hari mengacu pada keyakinan jatuhnya Idul Adha.

“Sebagian ada yang disembelih pada Sabtu (9/7/2022), sebagian hari ini, Minggu (10/7/2022). Karena ada yang yakin Idul Adhanya hari Sabtu, ada yang hari ini,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (10/7/2022).

Kades Pengkok, Sugimin Cokro (kanan) bersama Camat Kedawung, Endang Widayanti (kiri) saat meninjau penyembelihan kurban pada hari Idul Adha Minggu (10/7/2022). Foto/Wardoyo

Kades menguraikan untuk kurban sapi, semuanya dipotong dan dagingnya dibagikan ke warga desa.

Namun seperti tahun-tahun sebelumnya, ada sekitar 1000 paket yang disumbangkan ke pondok pesantren dan ke wilayah lain yang membutuhkan.

Sedangkan kurban kambing, hampir sebagian besar disumbangkan hidup-hidup ke wilayah lain. Bahkan, ada yang disumbangkan ke luar Sragen seperti Wonogiri dan sekitarnya.

“Biasanya lewatnya ada warga kami yang tinggal di sana, melihat mungkin Pengkok kurbannya banyak lalu mengajukan bantuan. Kalau kambing, bagi daerah yang sudah pernah, biasanya tinggal dijemput sini. Tapi kalau daerah baru, akan diantar langsung agar tepat sasaran,” urainya.

Lebih lanjut, Kades Cokro mengakui animo warganya untuk berkurban memang sangat tinggi. Hampir setiap tahun dalam kondisi apapun, warga selalu berusaha untuk kurban.

Padahal secara ekonomi, ia menyebut biasa-biasa saja. Semangat berkurban itu ditunjukkan tidak hanya oleh warga yang tinggal di desa, namun juga mereka yang selama ini merantau.

Biasanya warga berkurban secara urunan atau sistem arisan 7 orang untuk satu ekor sapi. Namun bagi keluarga yang mampu biasanya berkurban satu keluarga satu sapi.

Kades Pengkok, Sugimin Cokro. Foto/Wardoyo

Menurutnya, sebenarnya bukan ekonomi yang menjadi faktor utama warga semangat berkurban.

Akan tetapi lebih ada tingkat kesadaran dalam bersedekah melalui hewan kurban. Bahkan saking banyaknya hewan kurban tiap tahun, Desa Pengkok banyak disebut sebagai serambi Mekahnya Sragen.

“Masyarakat sini sebenarnya kelasnya menengah ke bawah. Kalau saya melihat kenapa kurbannya bisa banyak terus, itu lebih karena tingkat kesadaran. Mohon maaf, mampu dan kaya pun kalau belum sadar dan belum terketuk hatinya, barangkali juga tidak akan serta merta mau,” jelasnya.

Warga Seperti Menyesal

Satu hal, Kades juga mengaku bangga selain animo berkurban tinggi, selama ini ada karakter yang menjadi kebanggaan dari warga Pengkok.

Yakni semangat pekerja keras untuk meningkatkan perekonomian. Tak hanya lewat merantau, warga yang tinggal di desa pun sangat keras dalam hal bekerja.

“Intinya kerja apapun oke yang penting menghasilkan. Itu yang kami bangga dengan warga kami,” imbuhnya.

Untuk kurban tahun ini, penyembelihan dilakukan di 50an tempat. Desa Pengkok sendiri terdiri dari 45 RT dihuni oleh sekitar 3000 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk mencapai 12.000an.

Penampakan gapura pintu masuk Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen yang berjuluk serambi Mekahnya Sragen. Foto/Wardoyo

Sementara jumlah warga yang punya hak pilih tercatat sebanyak 7.050 orang pada Pilbup 2020 lalu.

Di bagian akhir, Kades berharap semangat berkurban yang ditunjukkan warganya setidaknya bisa menjadi inspirasi positif bagi desa lain untuk mengikuti.

“Pokoknya warga sini itu luar biasa. Ya berbagai cara intinya warga setiap tahun ingin kurban. Ini seperti sudah tradisi dan jadi kebiasaan, bahkan warga itu seperti merasa gelo (nyesal) kalau nggak bisa ikut kurban,” tandasnya.

Kabid Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan Kabupaten Sragen, Toto Sukarno membenarkan Kecamatan Kedawung memang mencatat paling banyak hewan kurban jenis sapi.

Untuk tahun ini, permintaan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) untuk sapi dari Kedawung mencapai 800 lembar, jauh di atas kecamatan lain yang hanya 200 sampai 300 lembar.

“Kecamatan Kedawung itu memang paling banyak populasi kurbannya se-Kabupaten,” tandasnya. Wardoyo

Exit mobile version