Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Terungkap 14 Foto Dokumentasi Luka-Luka Tak Wajar di Tubuh Brigadir Josua, Keluarga Desak Otopsi Ulang dan Mobil yang Ditumpangi Irjen Ferdy Diamankan

Brigadir Nofriansyah Josua Hutabarat, ajudan Kadiv Propam yang tewas ditembak di kediaman rumah Kadiv Propam lantaran diduga melakukan pelecehan dengan sang istri jenderal. Foto/Wardoyo

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, mendesak agar makam Brigadir Josua dibongkar dan dilakukan otopsi ulang.

Hal itu dilakukan menyusul sejumlah kejanggalan pada luka dan kondisi jenazah ajudan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Inspektur Jenderal Ferdy Sambo yang ditembak mati pada Jumat (8/7/2022) malam.

Permohonan otopsi ulang akan diajukan sembari melapor ke Bareskrim Mabes Polri pada hari ini, Senin (18/7/2022).

“Keluarga meminta membongkar makam untuk dilakukan otopsi independen,” kata Kamaruddin, Minggu (17/7/2022).

Kamaruddin menyampaikan permintaan otopsi ulang itu terkait dengan kejanggalan yang ditemukan pihak keluarga terhadap jenazah Brigadir Nofriansyah Josua Hutabarat.

Pihak keluarga menyebut sempat menemukan sejumlah luka yang diduga bukan berasal dari hasil tembakan di tubuh Brigadir berusia 28 tahun itu.

Sebagai penguat, laporan akan disertai 14 foto kondisi luka pada tubuh Josua.
Foto itu merupakan dokumentasi yang diambil pihak keluarga saat membuka peti jenazah dan menemukan luka-luka di tubuh Josua.

“Kami berikan 14 foto dokumentasi luka yang ada di tubuh almarhum Brigadir Josua,” ujarnya.

Ia menjelaskan keluarga mendapatkan foto luka di sekujur tubuh Brigadir Yosua setelah memaksa membuka peti jenazah yang datang ke rumah duka di Jambi, pada Sabtu (9/7/2022) pagi.

Awalnya, polisi yang mengantar melarang keluarga membuka peti jenazah.

Namun, keluarga mendesak dengan beralasan ingin memberikan formalin kepada jenazah karena baru akan dikubur pada Senin (11/7/2022).

“Keluarga meminta polisi-polisi yang mengawal peti untuk keluar dari ruang keluarga. Setelah itu keluarga foto semua badan jasad Yosua. Dapat 14 foto,” ucapnya.

Dokumentasi tersebut juga telah diberikan kepada tim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang ikut menelusuri kematian Yosua.

Selain itu, keluarga juga masih mempertanyakan isi percakapan Brigadir Josua dengan keluarga.

Sebabnya, pada Jumat pagi sekira pukul 10.00 WIB, sebelum kejadian penembakan di kediaman Ferdy Sambo, Josua masih menghubungi keluarga.

Josua memberi kabar keluarga bahwa dirinya sedang berada di Magelang, Jawa Tengah, menemani Ferdy Sambo.

“Dia kontak ibunya, dan bilang nanti telpon lagi sore karena nggak enak telepon selagi bertugas dan ada komandannya,” jelasnya.

Keluarga mempertanyakan tiga telepon genggam yang digunakan Brigadir Josua, yang belum ditemukan hingga hari ini.

Menurut dia, keberadaan tiga telepon genggam Brigadir Josua itu mesti diungkap untuk menelusuri percakapan Josua.

“Ini kejanggalannya. Karena itu, mesti ditelusuri lewat provider ke siapa saja Josua telpon pada Jumat itu,” tegasnya.

Keluarga juga meminta polisi menyita mobil yang dikendarai Ferdy Sambo dan Brigadir Josua dari Magelang menuju DKI Jakarta.

Keluarga menduga ada jejak informasi yang berada di mobil yang dikendarai Ferdy Sambo bersama Brigadir Josua itu.

“Mobil yang membawa Kadiv Propam dan Josua dari Magelang ke Jakarta mesti disita karena diduga ada bercak darah sebagai lokasi terjadinya tindak pidana,” ujarnya.

Sementara, Komnas HAM membenarkan telah menerima banyak foto dan video kondisi Brigadir Josua yang didokumentasikan keluarga. Bahkan foto-foto yang didapatkan Komnas HAM lebih banyak dari yang beredar di publik.

“Kami diberikan banyak keterangan, kami diberikan banyak foto, kami juga diberikan banyak video,” kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

Terpisah, Anggota Komnas HAM lainnya, Heriansyah, meminta kepolisian transparan dalam mengusut kasus ini. Komnas HAM menyarankan polisi melibatkan media dalam proses olah tempat kejadian perkara di rumah Ferdy Sambo.

“Karena yang didorong transparansi, bukan prosedural dari kepolisian,” kata Heriansyah.

Selain itu, Komnas HAM mendukung dilakukannya otopsi independen di luar kepolisian sebagai pembanding dari hasil bedah mayat yang telah dilakukan Korps Bhayangkara.

Upaya otopsi, dinilai merupakan langkah untuk menjawab keraguan dari pihak keluarga terhadap keterangan polisi berkaitan dengan penyebab kematian Brigadir Yosua.

“Untuk mendapatkan informasi awal soal kondisi di tubuh korban mesti dipastikan lewat saintifikasi investigasi, yaitu melalui otopsi. Biasanya kami libatkan ahli forensik dari universitas kedokteran dan disaksikan keluarga,” ucapnya.

“Dalam beberapa kasus memang untuk mengungkap kematian dilakukan otopsi di luar internal kepolisian.”

Polisi menyatakan Yosua tewas pada Jumat, 8 Juli 2022, di kediaman Irjen Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. Dia disebut tewas setelah terlibat adu tembak dengan rekannya, Bharada RE.

Brigadir J disebut sempat melakukan pelecehan terhadap istri Ferdy, Putri Candrawati dan bahkan menodongkan pistol ke kepalanya. Putri lantas berteriak yang kemudian terdengar oleh Bharada RE. Kedua ajudan tersebut kemudian terlibat dalam adu tembak yang menyebabkan Yosua tewas.

Exit mobile version