Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Asyiknya Tunggon di Karangtengah Wonogiri, Boleh Tinggal Serumah dengan Gadis Pujaan Meski Belum Menikah

Tunggon

Deklarasi anti tunggon di Karangtengah Wonogiri. Joglosemarnews.com/Aris Arianto

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di ujung tenggara Jateng tepatnya Kecamatan Karangtengah Wonogiri ada budaya unik bernama tunggon.

Dalam budaya tunggon di Karangtengah Wonogiri ini membolehkan seorang pria tinggal serumah dengan gadis pujaannya kendati belum ada ikatan pernikahan.

Biasanya perempuan yang menjadi incaran budaya tunggon di Karangtengah Wonogiri masih berusia sangat belia, masih di bawah umur. Rerata bahkan masih duduk di bangku SMP.

Sementara si pria rerata berusia dewasa.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, tunggon berasal dari kata tunggu atau menunggui. Yakni menunggui gadis pujaan hingga lulus sekolah, selanjutnya dinikahi.

Waktu menunggu gadis pujaan lulus sekolah itu tidak ada jangka pasti, ada yang hanya beberapa bulan hingga tahunan.

Yang jelas jejaka yang melakoni budaya itu mesti membantu pekerjaan orang tua si gadis. Mulai dari bertani, berdagang atau pekerjaan lainnya.

Nah, si jejaka dalam proses tunggon itu boleh tinggal serumah dengan gadis pujaannya sekaligus rumah orang tua si gadis tersebut.

Wiyono Pj Kades Karangtengah mengatakan budaya tunggon hingga kini masih ada. Terbukti pada Agustus 2022 ada sejumlah orang tua mengajukan permohonan pernikahan bagi anaknya yang masih berusia dini. Kuat dugaan mereka adalah pelaku budaya tunggon di Karangtengah Wonogiri.

Tunggon ini sudah budaya dan turun temurun, namun kini mulai dihilangkan,” ujar Wiyono, Kamis (25/8/2022).

Dia menerangkan, hampir dapat dipastikan pelaku budaya tunggon berakhir pada pernikahan. Orang tua juga bakal segera menikahkan anaknya ketika ada jejeka yang menunggui si anak gadis.

“Alasan orang tua karena anak dan calonnya sudah kumpul satu rumah takut kalau zina. Kemudian mau melanjutkan sekolah juga jauh,” tegas Wiyono.

Menurut dia, jejaka yang melakoni budaya tunggon memang berniat ingin menikahi gadis pujaannya. Kadang antara si gadis dan pria saling kenal melalui media sosial.

“Memang tunggon memicu terjadinya pernikahan dini, kalau dirunut bisa menyebabkan beragam masalah seperti kesehatan dan lainnya. Makanya kami nersa.a para kades di Kecamatan Karangtengah Wonogiri mendeklarasikan gerakan anti tunggon, saat ini bahkan sudah ada warga satu dusun yang sadar dan tidak akan melakukan tunggon lagi,” beber dia.

Disinggung soal solusi menekan tunggon, pihaknya membentuk posyandu remaja, setiap bulan ke dusun menemui anak remaja bersama medis dan penyuluh agama untuk pembinaan kerohanian dan kesehatan.

Camat Karangtengah Tri Wiratmoko menegaskan budaya tunggon di Karangtengah Wonogiri memang telah terjadi secara turun temurun. Bahkan saat ini masih ada warga yang melakoninya.

Namun budaya tunggon di Karangtengah Wonogiri sudah mulai dihilangkan. Terbukti dengan adanya deklarasi anti tunggon dari kalangan Kades di Kecamatan Karangtengah Wonogiri. Aris Arianto

Exit mobile version